REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi II DPR Junimart Girsang menanggapi soal adanya kesamaan antara pesan berantai yang berisi nama calon anggota KPU dan Bawaslu pilihan partai dan hasil resmi fit and proper test calon anggota Bawaslu-KPU. Junimart menyebutkan, hal itu hanyalah kebetulan.
"Kalau satu yang sama itu kan teka-teki, tebak-tebakan namanya itu. Boleh dong. Saya dapat berapa itu (pesan berantai), ada yang melenceng sama sekali," kata Junimart di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (17/2/2022).
"Kalau sama, ya itu kebetulan saja sama. Boleh dong orang berhitung," katanya.
Politikus PDIP itu membantah bahwa sejak awal ada kesepakatan di komisi terkait siapa saja dipilih sebagai calon anggota KPU dan Bawaslu masa bakti 2022-2027. Ia memastikan pelaksanaan fit and proper test berjalan sesuai mekanisme.
"Jadi, kalau disebutkan sudah diplot dari awal, saya mengatakan nggak ada yang diplot di sana," ujarnya.
Komisi II DPR menyelesaikan fit and proper test calon anggota KPU dan Bawaslu periode 2022-2027, Kamis dini hari. Pengambilan keputusan dilakukan melalui proses musyawarah.
Tujuh anggota KPU periode 2022-2027 terpilih, yakni Betty Epsilon Idroos, Hasyim Asya'ri, Mochamad Afifudin, Parsadaan Harahap, Yulianto Sudrajat, Idham Holik, dan August Mellaz. Sementara, lima nama anggota Bawaslu terpilih periode 2022-2027, yakni Lolly Suhenty, Puadi, Rahmat Bagja, Totok Hariyono, dan Herwyn Jefler Hielsa Malonda.
Sementara, pesan berantai yang beredar di kalangan wartawan pada Senin (14/2) lalu berbunyi:
Kesepakatan di partai koalisi per tadi malam:
KPU :
- Parsadaan Harahap (HMI/Golkar)
- Idham Holid (HMI/Nasdem)
- Betty (HMI/Nasdem)
- Augus Mellaz (non-Muslim/PDIP)
- Yulianto (GMNI/PDIP)
- Afif (PMII/PKB)
- Hasyim (Ansor/Gerindra)
Bawaslu :
- Rahmat Bagja (HMI/Golkar)
- Fuadi (HMI/Gerindra)
- Totok (GMNI/PDIP)
- Herwin (Non-Muslim/Nasdem)
- Loli (PMII/PKB)
Calon perempuan
Pada kesempatan itu, Junimart merespons kritik terkait hasil fit and proper test calon anggota KPU dan Bawaslu karena tidak memenuhi keterwakilan 30 persen perempuan di dua lembaga penyelenggara pemilu tersebut. Dari nama anggota KPU dan Bawaslu terpilih, hanya ada dua perempuan, yakni Betty Epsilon Idroos sebagai anggota KPU terpilih dan Lolly Suhenty sebagai anggota Bawaslu.
"KPU itu kan perempuan ada satu. Bawaslu satu, keterwakilan di situ, gitu lho," kata dia.
Selain itu, ia mengatakan, hal tersebut terjadi karena pilihan calon perempuan yang disodorkan tim seleksi (timsel) Calon Anggota KPU dan Bawaslu terlalu sedikit. "Coba kita logika saja. Kalau diajukan misalnya dari itu untuk KPU tiga perempuan. Masuk nggak 30 persen. Misalnya masuk, apakah kami harus pilih tiga itu? Kami kan tidak mau terjebak juga. Iya dong? Kami tidak mau terjebak juga," kata Junimart.
Menurut dia, Komisi II tetap harus objektif melihat keseluruhan calon yang ada. "Kecuali lima diajukan perempuan ke KPU, kami kan enak untuk, nyaman untuk menentukan. Tapi, kalau tiga dari 14 sementara kami pilih tujuh, ini bagaimana? Apakah yang tiga harus kami loloskan? Kita harus objektif jugalah menyikapi ini," ujarnya.
Karena itu, ia mengatakan, timsel seharusnya mengajukan lebih banyak lagi calon perempuan untuk dilakukan fit and proper test di DPR. "Kenapa tidak dari 14 (calon anggota KPU), tiga diajukan perempuan misalnya, boleh dong? Kan ratusan kemarin tuh, kenapa enggak lima? Kenapa harus tiga, atau dua? Jadi, kami jangan dibenturkan kepada dilematis, dibenturkan kepada hal-hal yang tidak benar," kata dia.