Ahad 20 Feb 2022 01:40 WIB

Bencana Badai, Apakah Tanda Murka Allah SWT?

Badai terjadi sebagaimana perintah Allah SWT.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Bencana Badai, Apakah Tanda Murka Allah SWT?
Foto: time
Bencana Badai, Apakah Tanda Murka Allah SWT?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Sulaiman memiliki kekuatan yang membuatnya dapat memerintahkan angin untuk bertiup. Allah SWT berfirman, "Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya." (QS Sad ayat 36)

Badai angin bukanlah kejadian yang tidak disengaja karena terjadi sebagaimana perintah Sang Pencipta. Badai terjadi karena berbagai alasan. Di antaranya, angin membawa awan hujan yang bermanfaat bagi umat manusia.

Baca Juga

Air hujan merehidrasi udara dan tanah, mengalir ke kerak bumi untuk menjenuhkan tanah, menyediakan air untuk menjaga sungai dan aliran air, mendinginkan udara, menyuburkan tanaman, memuaskan dahaga manusia dan hewan. Ini membuat manusia memiliki sumber energi melalui tenaga air.

Manfaat hujan yang tak terhitung banyaknya sehingga Ibnu Abbas memilih menggambarkan kemurahan hati Nabi yang luar biasa. Ibnu Abbas berkata, "Nabi biasa membacakan Alquran kepada Jibril. Ketika Jibril bertemu dengannya, dia lebih dermawan daripada angin yang mendorong awan hujan. (HR Bukhari)

Gemuruh badai dahsyat dan deru anginnya bisa membuat seseorang melakukan introspeksi dan mengevaluasi tujuan hidup mereka. Karena Allah SWT mengirimkan badai sebagai peringatan untuk mengingatkan manusia bahwa mereka masih memiliki kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.

Allah SWT berfirman, "Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (dan berlayar) di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (Seraya berkata), "Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS Yunus ayat 22)

Namun, hanya sedikit yang mengindahkan peringatan seperti itu sehingga badai juga dikirim oleh Allah SWT sebagai hukuman. Ketika firman Allah SWT telah berulang kali ditolak, setelah dijelaskan dan banyak kesempatan diberikan kepada orang-orang untuk membuat perubahan, hukuman Allah turun.

Badai yang menghukum ini bukanlah tindakan alam yang kebetulan karena semua bentuk angin dan badai telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Sejarah mengingatkan kita pada badai yang menghukum ini, seperti banjir Nuh, angin ‘Aad, dan petir Tsamud.

Ketika Fir'aun dan para pengikutnya menolak Musa dan risalahnya, Allah mengirimkan azab kepada mereka. Allah SWT berfirman, "Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa." (QS Al-A'raf ayat 133)

Ketika Fir'aun dan kaumnya menyaksikan azab itu, mereka berjanji menjadi di antara orang-orang yang mendapat petunjuk. Namun, ketika azab itu dicabut, Fir'aun dan pengikutnya kembali membangkang sehingga membuat mereka mendapatkan azab berikutnya.

Allah SWT berfirman, "Kemudian dia (Fir‘aun) hendak mengusir mereka (Musa dan pengikutnya) dari bumi (Mesir), maka Kami tenggelamkan dia (Fir‘aun) beserta orang yang bersama dia seluruhnya. (QS Al Isra ayat 103)

Kehidupan ini diciptakan sebagai ujian untuk menentukan siapa yang akan menjadi yang terbaik dalam perbuatannya. Ketika sebuah kelompok bertekad untuk selalu menolak pesan Allah SWT setelah beberapa kali diberikan kesempatan, maka tidak ada gunanya lagi ujian itu.

Bahkan jika mereka diberi kesempatan untuk kembali ke bumi dan diuji ulang, mereka tetap tidak akan berubah. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT pada Surat Al-A'raf ayat 27-28.

Hukuman bisa menjadi ujian, tetapi tidak semua ujian adalah hukuman. Orang shaleh dapat ditempatkan di dalam ujian sehingga mereka dapat menuai pahala, atau agar status mereka di akhirat dapat dinaikkan, atau agar dosa-dosa mereka dapat dihapus. Karena itu juga, para Nabi mendapat ujian yang paling berat sehingga pahala mereka bisa paling banyak di akhirat:

Rasulullah SAW ditanya mengenai siapa orang yang paling berat ujiannya. Lalu beliau SAW menjawab, "Mereka adalah para Nabi, kemudian yang terbaik berikutnya, lalu yang terbaik berikutnya." (HR Tirmidzi)

Sumber: https://aboutislam.net/reading-islam/understanding-islam/storms-a-form-of-gods-wrath-and-punishment/

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement