REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengungkapkan beberapa rincian sanksi yang akan dihadapi Rusia jika menyerang Ukraina. Ia mengatakan Rusia akan terputus dari pasar keuangan internasional dan kehilangan akses ke barang-barang ekspor utama.
Para pemimpin negara Barat sampai sekarang masih menolak untuk menjelaskan rincian tentang sanksi tanggapan yang telah mereka sepakati jika Rusia menyerbu Ukraina. Mereka hanya mengesampingkan tanggapan militer dan menjanjikan sanksi ekonomi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Rusia pada prinsipnya akan terputus dari pasar keuangan internasional," ujar Von der Leyen kepada stasiun televisi publik ARD pada Ahad (20/2/2022) malam.
"Sanksi akan dikenakan pada (akses ke) semua barang yang kami buat yang sangat dibutuhkan Rusia untuk memodernisasi dan mendiversifikasi ekonominya, di mana kami dominan secara global dan mereka tidak memiliki penggantinya," kata Presiden Komisi Eropa itu.
Von der Leyen, yang mengepalai 27 anggota eksekutif Uni Eropa, mengatakan ketergantungan Rusia pada ekspor bahan bakar fosil adalah kelemahannya. "Ekspor bahan bakar fosil berkontribusi pada dua pertiga dari nilai ekspor Rusia, dan setengah dari anggaran Rusia berasal dari sana," katanya.
"Rusia perlu memodernisasi, dan tepatnya itu tidak akan mungkin lagi jika sanksi lebih lanjut dinaikkan," ucapnya.
Namun, dia mengatakan sanksi tidak akan dikenakan sampai setelah invasi apapun dilakukan. Tanggapan EU itu sekaligus menolak seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Sabtu (19/2/2022) untuk penerapan segera sanksi terhadap Rusia.
"Langkah ke sanksi sangat besar sehingga kami tahu kami harus selalu memberi Rusia kesempatan untuk kembali ke diplomasi dan meja perundingan. Jendela (diplomasi) ini masih terbuka," katanya.
Rusia, yang telah menempatkan sekitar 150.000 tentara di sekitar perbatasan utara dan timur Ukraina, menuntut jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah diizinkan untuk bergabung dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Mencegah bergabungnya Ukraina ke NATO adalah sesuatu yang Presiden Vladimir Putin katakan sangat penting untuk keamanan jangka panjang Rusia.