Senin 21 Feb 2022 23:01 WIB

Rencana Biden Bertemu Putin Munculkan Harapkan Akhiri Krisis Ukraina

Biden telah menyepakati prinsip usulan pertemuan dengan Putin.

Rep: Lintar Satria / Red: Andri Saubani
Presiden Joe Biden sepakat atas usulan bertemu dengan Vladimir Putin membahas krisis Ukraina.
Foto: AP/Ken Blaze/FR 159333 AP
Presiden Joe Biden sepakat atas usulan bertemu dengan Vladimir Putin membahas krisis Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyepakati prinsip usulan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas krisis Ukraina. Pernyataan ini menawarkan pintu keluar krisis paling berbahaya di Eropa selama beberapa dekade terakhir.  

Pasar keuangan bergeliat setelah muncul harapan adanya solusi diplomatik dalam krisis ini. Walaupun citra satelit menunjukkan pasukan Rusia semakin mendekati perbatasan Ukraina dan suara pertempuran antara pasukan pemerintah dan separatis pro-Rusia terdengar di bagian timur negara itu.

Baca Juga

Dalam pernyataannya kantor kepresidenan Prancis mengatakan Macron telah mengusulkan pertemuan antara Biden dan Putin untuk membahas "keamanan dan stabilitas strategis di Eropa." Gedung Putih mengatakan "pada prinsipnya" Biden menerima usulan itu hanya bila "invasi tidak dilakukan."

"Kami selalu siap untuk diplomasi, kami juga siap untuk menerapkan konsekuensi berat dan cepat bila Rusia memilih untuk berperang," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, Selasa (21/2/2022).

Kremlin dan kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy belum menanggapi permintaan komentar. Banyak detail pertemuan yang diusulkan melalui sambungan telepon bolak-balik antara Macron, Biden, Putin, Zelenskiy dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang masih belum jelas

Gedung Putih dan pemerintah Prancis mengatakan substansi pertemuan itu akan dikerjakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam pertemuan mereka yang dijadwalkan 24 Februari mendatang. Peran yang akan dimainkan Ukraina dalam pertemuan tersebut masih belum jelas.

Seorang pejabat pemerintah Biden pertemuan itu "sepenuhnya masih berupa gagasan". Sebab waktu dan formatnya masih belum ditentukan.

Saat berita tentang pertemuan itu tersebar harga minyak jatuh, pasar saham Asia memangkas kerugian, dan saham berjangka Wall Street menguat. Mantan Duta Besar AS untuk Rusia Michael McFaul mengatakan ia skeptis dengan pertemuan tersebut.

"Namun bila Biden dan Putin bertemu, mereka harus mengundang (Zelenskiy)," kata McFaul di Twitter.

Berita tentang usulan Macron muncul satu pekan setelah penumpukan militer Rusia di perbatasan Ukraina semakin memanas. Sejak tahun lalu Moskow sudah mengumpulkan kekuatan di dekat negara tetangganya itu. Negara-negara Barat khawatir Rusia akan menggelar invasi.

Rusia membantah berencana menyerang bekas bagian Uni Soviet tersebut. Tapi ketegangan semakin memanas setelah kementerian pertahanan Belarusia mengumumkan Rusia akan memperpanjang latihan militer di negara itu yang harusnya berakhir Ahad (20/2/2022) kemarin.

Perusahaan foto dari satelit asal AS, Maxar melaporkan militer Rusia mengerahkan unit-unit baru ke hutan, area pertanian dan industri di sekitar 15 kilometer dari perbatasan dengan Ukraina.

Pada Ahad kemarin Blinken mengatakan perpanjangan latihan militer Rusia di Belarusia yang berbatasan dengan Ukraina membuatnya semakin khawatir. Rusia akan segera melancarkan serangan.

"Sampai tank-tank benar-benar meluncur dan pesawat-pesawat terbang, kami akan menggunakan setiap kesempatan dan setiap menit yang kami miliki untuk melihat apakah diplomasi masih dapat membujuk Presiden Putin untuk melangkah maju," katanya di CNN.

Dalam suratnya ke Kepala Komisioner HAM PBB Michelle Bachelet, pemerintah AS mengatakan Washington khawatir invasi Rusia ke Ukraina menciptakan bencana pelanggaran hak asasi manusia.

"Terutama, kami memiliki informasi kredibel yang mengindikasi pasukan Rusia membuat daftar identifikasi Ukraina untuk dibunuh atau dikirim ke kamp setelah pendudukan militer," kata Duta Besar AS untuk PBB di Jenewa, Bathsheba Nell Crocker. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement