Rabu 23 Feb 2022 18:14 WIB

Jokowi: Tingkat Pengangguran Global Bisa Capai 207 Juta Orang pada 2022

Sektor ketenagakerjaan saat ini tengah menghadapi tantangan berat di tengah pandemi

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Gita Amanda
ilustrasi pencari kerja. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, sektor ketenagakerjaan saat ini tengah menghadapi tantangan berat di tengah pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
ilustrasi pencari kerja. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, sektor ketenagakerjaan saat ini tengah menghadapi tantangan berat di tengah pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, sektor ketenagakerjaan saat ini tengah menghadapi tantangan berat di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan proyeksi dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), tingkat pengangguran global bisa mencapai 207 juta orang pada 2022 atau 21 juta orang lebih banyak dari 2019.

“Proyeksi ILO tingkat pengangguran global bisa mencapai 207 juta orang pada 2022 atau 21 juta orang lebih banyak dari 2019,” kata Jokowi dalam sambutannya pada pembukaan ILO Global Forum for a Human-Centred Recovery from the Covid-19, Rabu (23/2/2022).

Baca Juga

Sementara itu, lanjut dia, laju pemulihan kesehatan dan ekonomi sangat beragam antarnegara dan kawasan. Hal ini disebabkan perbedaan tingkat vaksinasi dan stimulus fiskal. Karena itu, Jokowi menyampaikan dukungannya terhadap arah pemulihan dunia kerja yang harus berorientasi pada manusia.

“Perlu keseriusan untuk menjalankan global call to action for a human-centred recovery,” kata dia.

Jokowi menyampaikan terdapat beberapa langkah yang dapat diambil untuk pemulihan dunia kerja. Pertama, penciptaan lingkungan kerja yang aman bagi para pekerja.

Selain itu, upaya vaksinasi untuk tenaga kerja dan keluarga harus terus digencarkan, baik bagi yang bekerja di sektor formal maupun informal. Di Indonesia sendiri, kata dia, pemerintah memberikan vaksin gratis kepada seluruh penduduk, termasuk kepada para pekerja.

Kedua, ia mendorong untuk memperkuat perlindungan sosial bagi pekerja yang terdampak pandemi. Jokowi mengatakan, sebanyak 4,14 miliar orang atau 53,1 persen penduduk dunia tak memiliki perlindungan sosial apapun. Program perlindungan sosial ini memerlukan komitmen politik yang tinggi dan dukungan pembiayaan.

Di Indonesia, Jokowi menyebut perlindungan sosial merupakan bagian penting dari program pemulihan ekonomi sosial, termasuk program PKH, Kartu Sembako, Bansos Tunai, hingga subsidi listrik. Setidaknya sebanyak Rp 186,64 triliun telah dialokasikan untuk program perlindungan sosial.

Ketiga, Jokowi mengatakan perlunya kerja sama untuk menciptakan lapangan kerja baru. Selain itu, keberpihakan dan inovasi diperlukan agar tercipta lapangan kerja yang lebih banyak. “Perbaikan iklim investasi yang pro people perlu terus dijalankan, termasuk di sektor ekonomi hijau yang berkelanjutan,” tambahnya.

Keempat, perlu memperkuat daya saing pekerja dalam menghadapi tantangan dunia di masa mendatang. Menurutnya, hal ini dapat dilakukan melalui reskilling dan upskilling baik oleh pemerintah maupun swasta.

Jokowi mengatakan, pendidikan literasi digital juga harus menjadi prioritas agar para pekerja bisa bertahan di tengah gelombang transformasi digital. Pemerintah Indonesia sendiri telah meluncurkan Kartu Pra Kerja bagi para pencari kerja maupun bagi yang putus kerja guna mendapatkan keterampilan baru atau membuka potensi wirausaha.

“Mari kita bekerja sama untuk mewujudkan dunia kerja yang lebih inklusif, tangguh, dan berkelanjutan. Recover together, recover stronger,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement