Kamis 24 Feb 2022 13:49 WIB

Sekjen NATO Kutuk Serangan Rusia ke Ukraina

Tindakan Rusia merupakan pelanggaran berat hukum internasional.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Suasana Kota Kyiv, Ukraina, Kamis (24/2/2022). Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mengumumkan operasi militer di Ukraina.
Foto: AP Photo/Emilio Morenatti
Suasana Kota Kyiv, Ukraina, Kamis (24/2/2022). Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mengumumkan operasi militer di Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengutuk keras serangan ceroboh dan tak beralasan Rusia ke Ukraina. Dia mengatakan, serangan tersebut membahayakan warga sipil yang tak terhitung jumlahnya.

"Sekali lagi, terlepas dari peringatan berulang kali dan upaya kami yang tak kenal lelah untuk terlibat dalam diplomasi, Rusia telah memilih jalan agresi terhadap negara yang berdaulat dan merdeka," kata Stoltenberg dalam sebuah pernyataan, Kamis (24/2/2022), dikutip Anadolu Agency.

Baca Juga

Stoltenberg menekankan, tindakan Rusia merupakan pelanggaran berat hukum internasional serta ancaman serius bagi keamanan Eropa-Atlantik. “Saya menyerukan Rusia untuk segera menghentikan aksi militernya dan menghormati kedaulatan serta integritas wilayah Ukraina,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, NATO dan sekutunya akan bertemu untuk membahas konsekuensi dari tindakan agresif Rusia. “Kami mendukung rakyat Ukraina pada saat yang mengerikan ini. NATO akan melakukan semua yang diperlukan untuk melindungi dan membela semua sekutu,” ucap Stoltenberg. 

Pernyataan Stoltenberg muncul tak lama setelah Ukraina melaporkan adanya serangan misil ke Kiev, Kramatorsk, dan beberapa kota lain di negara tersebut. Ukraina menyebut invasi Rusia sudah dimulai.  

Sebelum laporan tentang serangan misil itu muncul, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus ke wilayah timur Ukraina. Putin diketahui telah mengakui kemerdekaan Luhanks dan Donetsk, dua wilayah di timur Ukraina yang dikuasai kelompok milisi pro-Rusia. Putin mengklaim, operasi itu digelar bukan untuk membidik atau menyerang Ukraina, tapi melindungi warga sipil di wilayah tersebut. Putin mengatakan, tanggung jawab atas pertumpahan darah terletak pada “rezim” Ukraina.

Putin memperingatkan negara-negara lain bahwa setiap upaya untuk mengganggu tindakan Rusia akan mengarah pada “konsekuensi yang belum pernah mereka lihat sebelumnya”. Dia menuduh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengabaikan tuntutan Rusia untuk menghentikan Ukraina bergabung dengan NATO. Putin menganggap mereka gagal menawarkan jaminan keamanan kepada Moskow.

Putin memang mempunyai kekhawatiran besar terhadap potensi bergabungnya Ukraina ke NATO. Menurutnya, jika hal itu terjadi, Kiev akan berusaha menyerang Rusia untuk merebut kembali Krimea. Rusia menganeksasi Krimea pada 2014.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement