Kamis 24 Feb 2022 14:38 WIB

Ini Penyebab Kelangkaan Gula Pasir di Kota Bandung 

Bulog harus melakukan pembatasn guna menyiasati stok gula yang terbatas.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agus Yulianto
Pekerja menimbang dan mengemas gula pasir kiloan di Gudang Perum Bulog.
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Pekerja menimbang dan mengemas gula pasir kiloan di Gudang Perum Bulog.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bulog Cabang Bandung mengungkapkan penyebab langkanya gula pasir di pasaran seperti di toko ritel, supermarket dan minimarket. Pimpinan Perum Bulog Cabang Bandung Yuliani Alzam mengungkapkan, kelangkaan gula pasir diakibatkan adanya pembatasan oleh Bulog untuk menyiasati stok gula yang terbatas. 

Dia mengatakan, pihaknya sudah melakukan order gula pasir ke PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan PTPN III namun belum membuahkan hasil. "Sekarang ini, gula pasir sudah mulai kami batasi, karena kami juga stoknya itu sekarang terbatas. Kami berusaha sudah order ke beberapa distributor sampai ke RNI PTPN, tapi memang sampai saat ini belum dapat," ujar Yuliani di Kantor Bulog Cabang Bandung, Kamis, (24/2/2022). 

Bulog, kata dia, hanya membeli bahan gula yang berkualitas, merujuk pada adanya beberapa distributor yang menawarkan gula kualitas rendah. Dia mengatakan, saat ini bahan baku gula pasir juga sedang mengalami kelangkaan. 

"Kami juga di Bulog itu, pembelian bahan gula atau raw sugarnya, akan dilakukan pembelian pada bulan Maret. Jadi mulai digiling itu Maret yang kami pakai nanti itu gula yang dari blora dari GMM," ungkapnya. 

Namun demikian, pihaknya akan tetap mengutamakan gula kualitas nomer satu. Karenanya, Bulog hanya menyediakan gula berkualitas yang bagus dan terus dipertahankan. 

Meski begitu, dia memastikan, ketersediaan gula pasir akan tetap aman menjelang bulan Ramadhan yang jatuh pada April nanti. "Seperti gula, di bulan Maret Insya Allah disaat sebelum puasa 2-3 hari sebelum itu semua sudah lengkap," ucapnya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement