REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa bersejarah di kalangan umat Islam. Karena itu, setiap tanggal 27 Rajab umat Islam di Indonesia selalu memperingati peristiwa ajaib yang dialami Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril tersebut.
Pada tahun ini, umat Islam masih akan memperingati Isra Miraj di tengah pandemi Covid-19, tepatnya pada 28 Februari 2022 mendatang. Founder Nutrisi Qolbu Habib Muhammad Anis bin Umar Assegaf menjelaskan tentang hikmah peristiwa Isra Mi’raj di tengah pandemi Covid-19.
“Hikmah Isra dan Mi’raj di tengah pandemi sangat luar biasa. Karena, ketahuilah bahwa Rasul SAW diberi hadiah oleh Allah SWT sebuah perjalanan Isra dan Mi’raj saat Nabi Muhammad SAW begitu sedih,” ujar Habib Anis kepada Republika.co.id belum lama ini.
Bahkan, lanjut dia, seluruh pakar ahli sejarah menyatakan bahwa pada tahun ke-10 kenabian itu adalah tahun kesedihan untuk Nabi Muhammad SAW. “Kenapa tahun itu dibilang tahun kesedihan, karena saat itu Nabi Muhammad SAW ditinggal meninggal dunia oleh istrinya, Sayyidatun Khadijatul Kubra dan pamannya, Sayyiduna Abu Thalib,” ucap Habib Anis.
Khadijah lah yang selalu menemani Rasulullah dalam menjalankan dakwahnya dan istrinya ini selalu menghangatkan hati beliau. Sementara, Abu Thalib selama hidupnya selalu juga membela Rasulullah SAW.
Karena itu, menurut Habib Anis, beliau sangat sedih ketika ditinggalkan dua orang yang dicintainya itu. Apalagi, wafatnya Khadijah dan Abu Thalib hanya berjarak satu bulan lima hari. “Ketika dalam keadaan sedih seperti itu, maka Rasulullah SAW dikasih perjalanan Isra dan Mi’raj, sehingga di situ langsung berhadapan dengan Allah SWT, dan di situlah Allah SWT memberikan ketenangan kepada hati Nabi,” kata Habib Anis.
“Maka, di saat pandemi yang seperti ini, keadaan yang begitu mengancam setiap manusia, nah di situ saat kita kembali kepada Allah, dekat dengan Allah, maka semua permasalahan kita akan hilang,” jelas dia.
Lebih lanjut, dia pun menjelaskan bahwa hikmah besar peristiwa Isra dan Mi’raj adalah umat Islam bisa membangun hubungan yang lebih dekat Allah SWT. “Himah besar Isra Mi’raj menurut saya, terbukanya hubungan sepesial dan dekat dengan Allah SWT,” ujar Habib Anis.
Karena, lanjut dia, dengan adanya peristiwa Isra dan Mi’raj, Allah SWT memberikan hadiah untuk Nabi Muhammad SAW dan umatnya sebuah ritual ibadah shalat, yang mana dengan ibadah itu seorang hamba langsung bisa berinteraksi dengan Tuhannya.
“Makanya Rasulullah SAW beliau bersabda, posisi yang paling dekat antara Allah SWT dengan makhluk-Nya saat hamba tersebut sujud di hadapan-Nya,” kata dia.
Hal ini berdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan Imam Muslim,
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa.” (HR Muslim).