REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Polisi telah menahan lebih dari 4.300 orang dalam aksi demo di seluruh Rusia terhadap invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina, Ahad (6/3) waktu setempat. Kelompok pemantau protes OVD-Info mengatakan, telah mendokumentasikan penahanan setidaknya 4.366 orang di 56 kota berbeda.
"Sekrup sedang dikencangkan sepenuhnya, pada dasarnya kami menyaksikan sensor militer," kata juru bicara OVD-Info, Maria Kuznetsova, melalui telepon dari Tbilisi, Ahad waktu setempat.
"Kami melihat protes yang cukup besar hari ini, bahkan di kota-kota Siberia di mana kami jarang melihat jumlah penangkapan seperti itu," ujarnya menambahkan.
Sebelumnya, Kementerian Dalam Negeri Rusia mengatakan, bahwa polisi menahan sekitar 3.500 orang. Mereka termasuk 1.700 yang ditangkap di Moskow, 750 di St Petersburg, dan 1.061 di kota-kota lain. Kementerian dalam negeri mengatakan sekitar 5.200 orang telah melakukan aksi protes di seluruh kota di Rusia.
Menurut video yang dipos di media sosial oleh aktivis oposisi dan blogger, ribuan pengunjuk rasa meneriakkan "Tidak untuk perang!" dan "Malu pada Anda!" Puluhan pengunjuk rasa di kota Ural Yekaterinburg terlihat ditahan.
Seorang pengunjuk rasa di sana terlihat dipukuli sampai jatuh oleh polisi dengan perlengkapan anti huru hara. Sebuah mural di kota yang menunjukkan Presiden Vladimir Putin juga dirusak. Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi rekaman dan foto-foto di media sosial.
Protes Rusia terakhir dengan jumlah penangkapan yang sama terjadi pada Januari 2021. Saat itu, ribuan orang menuntut pembebasan pemimpin oposisi Alexei Navalny setelah dia ditangkap saat kembali dari Jerman. Dia pulih dari keracunan racun saraf.
Beberapa media yang dikendalikan pemerintah Rusia memuat laporan singkat tentang protes Ahad. Namun, kadar intensitas berita aksi protes itu ditayangkan sangat minim.
Kantor berita Rusia, RIA, mengatakan, Lapangan Manezhnaya di Moskow, yang bersebelahan dengan Kremlin, telah dibebaskan oleh polisi. Dikatakan, polisi telah menangkap beberapa peserta protes tanpa izin terhadap operasi militer di Ukraina.
Sementara itu, Navalny telah menyerukan protes pada Ahad di seluruh Rusia dan seluruh dunia terhadap invasi. Sekitar 2.000 orang menghadiri protes anti-perang di kota terbesar Kazakhstan, Almaty. Massa meneriakkan slogan-slogan seperti "Tidak untuk perang!" dan kata-kata kotor yang ditujukan kepada Putin sambil mengibarkan bendera Ukraina.