REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan program Matching Fund Pendidikan Tinggi Vokasi Tahun 2022. Program tersebut diluncurkan sebagai upaya mentransformasi pendidikan tinggi vokasi agar selaras dengan kebutuhan dunia kerja serta mendukung daya saing ekonomi bangsa.
"Matching Fund ini adalah penerjemahan lanjut dari kebijakan link and match," ungkap Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, dalam siaran pers, Selasa (8/3/2022).
Menurut Wikan, kebijakan link and match mengajak industri maju ke depan untuk "masak" bersama. Mulai dari membuat kurikulum bersama, mengajar bersama, melakukan project based learning bersama, menyiapkan magang dari awal, merancang sertifikat kompetensi dari awal bersama, dan melatih dosen-dosen dan guru-guru mengenai perkembangan industri.
"Serta melakukan riset terapan yang bermula dari problem atau kesempatan di dunia kerja dan dunia industri yang kita riset dan kita jadikan produk yang wujudnya itu kita hilirkan ke pasar atau masyarakat. Itu semua ada dalam satu skema teaching factory berbasis riset terapan,” kata Wikan.
Menurut dia, program link and match itu secara garis besar mempertemukan pendidikan vokasi sebagai pusat riset dengan dunia usaha dan dunia industri atau DUDI sebagai pemilik modal dan juga pembentuk lapangan pekerjaan. Sinergi yang dijalankan adalah kerja sama yang saling menguntungkan dengan tujuan akhir berupa produk atau jasa yang bisa dijual atau digunakan oleh pasar atau masyarakat.
Karena itu, menurut dia, program Matching Fund hadir untuk secara spesifik memperkuat teaching factory dan riset terapan tersebut. Dia menjelaskan, keikutsertaan DUDI dalam riset terapan pihaknya support dengan Matching Fund, mulai dari satu banding satu hingga satu banding dua, atau saru banding tiga.
"Artinya adalah setiap industri yang masuk dengan anggaran X rupiah untuk melakukan riset terapan bersama atau mendukung link and match di perguruan tinggi vokasi, maka kami akan berikan dana padanan atau matching fund sebesar X rupiah hingga maksimum 3X rupiah," ujar Wikan.
Kolaborasi pendidikan vokasi dan DUDI dalam teaching factory itu, kata Wikan, tidak hanya berdampak kepada para dosen, tapi juga berdampak langsung kepada mahasiswa. Sebab, mahasiswa dapat melakukan praktik langsung dan bersinggungan dengan dunia nyata.
“Kita menargetkan belasan ribu mahasiswa dapat terlibat dalam teaching factory itu. Sehingga akan membentuk mahasiswa yang tidak hanya kuat dalam hard skill, tapi juga soft skill, leadership, karakter, serta memiliki jiwa kewirausahawan," ungkap dia.
Wikan juga mendorong seluruh perguruan tinggi vokasi untuk memasukkan teaching factory ini ke dalam kurikulum, bukan hanya bersifat sementara atau hanya proyek untuk mendapatkan anggaran. Menurut dia hal itu perlu dilakukan agar program tersebut bisa berlanjut dan berdampak nyata bagi mahasiswa.
Dia juga menilai, selain memberikan dampak baik kepada akademisi dan mahasiswa, program tersebut juga akan berdampak bagus bagi dunia usaha dan dunia industri. Sebab, dunia usaha dan dunia industri akan mendapatkan SDM yang kompeten, unggul, berdaya saing tinggi, dan tentunya sesuai dengan kebutuhan industri.
Selain itu, dengan adanya riset terapan yang dilakukan oleh perguruan tinggi vokasi, dunia usaha dan dunia industri akan mendapatkan produk yang tepat guna dan dibutuhkan pasar atau masyarakat karena telah melalui riset yang mendalam dari para akademisi.