Rabu 09 Mar 2022 19:12 WIB

Angka Kematian Masih Berpotensi Meningkat di Ujung Gelombang Ketiga Covid

Angka kematian Covid-19 di Indonesia saat ini masih ratusan jiwa per hari.

Red: Andri Saubani
Penumpang pesawat tiba di Terminal Domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Rabu (9/3/2022). Pengelola Bandara Bali memprediksi jumlah rata-rata penumpang harian di bandara tersebut akan meningkat sekitar 20 persen setelah hasil tes RT-PCR atau rapid test antigen COVID-19 tidak lagi diwajibkan sebagai persyaratan bagi Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) yang telah menerima vaksin COVID-19 dosis kedua atau dosis ketiga (booster).
Foto:

Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar, Ridwan Amiruddin menilai, Indonesia saat ini berada di fase akhir gelombang ketiga penularan Covid-19. Kendati demikian, positivity rate kasus varian Omicron saat ini masih tinggi, yaitu sekitar 25 persen.

 

Ridwan menilai perkembangan Covid-19 sejak 2 tahun lalu sampai hari ini, secara global mengalami tren penurunan kasus. 

"Sementara kalau secara nasional, kita (Indonesia) ada di akhir gelombang ketiga. Gelombang ketiga ini didominasi varian omicron yaitu sekitar 96 persen," ujarnya dalam diskusi, Rabu (9/3/2022). 

Saat ini, dia menambahkan, Omicron sudah masuk ke generasi ketiga yaitu subvarian BA.3. Jadi, tak hanya terdiri dari subvarian BA.1 dan BA.2.

Kalau dibandingkan dengan gelombang kedua yang didominasi Delta, ia mengakui varian Delta menyebabkan angka kematian cukup besar dan positivity rate juga cukup tinggi. Kendati demikian, Ridwan mencatat positivity rate Omicron saat ini juga masih belum melandai, yaitu sekitar 25 persen.

"Jadi, masih perlu ada unsur kehati-hatian," katanya.

Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menilai, pemerintah harus adaptif dalam penanganan Covid-19. Pasalnya, kasus positif virus tersebut cenderung fluktuatif, meskipun trennya mengalami penurunan.

"Kalau melihat situasi dari varian yang ada sekarang itu tentunya dari pandemi ke endemi itu bisa jadi, tapi kan namanya virus ini fluktuatif tidak bisa kita prediksi," ujar Dasco di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu.

Adapun saat ini, ia menilai jika status pandemi bisa diubah menjadi endemi, mengingat peningkatan kasus tak terjadi. Tinggal bagaimana pemerintah untuk terus meningkatkan vaksinasi di berbagai daerah.

"Untuk beberapa waktu ini tetap protokol kesehatan ketat, itu tetap kita harus berlakukan untuk diri sendiri, anggota keluarga, maupun sekitar," ujar Dasco.

Terkait penghapusan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk pelaku perjalanan domestik, dinilainya dapat meringankan beban masyarakat. Namun, ia mengimbau semua pihak untuk tak meremehkan virus tersebut.

 

"Saya pikir memang bagus dilaksanakan, tapi yang penting tetap masyarakat tidak memandang enteng soal virus corona ini. Kita harus tetap waspada, karena kita tahu kadang-kadang naik dan turun, kadang variannya itu ganas, kadang ya seperti Omicron ini," ujar Ketua Harian DPP Partai Gerindra itu.

 

photo
Ilustrasi Pelaku Perjalanan Domestik - (republika/mardiah)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement