REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY mengakui bahwa kematian Covid-19 yang dilaporkan per harinya masih cukup tinggi. Meski begitu, penambahan angka terkonfirmasi positif Covid-19 terus menunjukkan penurunan dalam beberapa pekan terakhir.
"Dari catatan yang kami terima (kematian Covid-19) karena terlambat masuk rumah sakit," kata Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji dalam keterangan resmi Pemda DIY, Senin (21/3/2022).
Aji menyebut, masih banyak masyarakat yang terpapar Covid-19 hanya melakukan isolasi mandiri (isoman). Padahal, beberapa di antaranya memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
"Ada beberapa orang yang tidak memahami bahwa mereka memiliki komorbid, sehingga terlambat masuk ke rumah sakit," ujar Aji.
Sehingga, pasien dengan komorbid tersebut tidak mendapatkan perawatan intensif karena tidak dibawa ke rumah sakit. Hal tersebut yang menyebabkan masih tingginya kematian di DIY.
"Berdasarkan catatan kami, sebagian besar yang meninggal itu rata-rata karena komorbid hipertensi. Sementara, kalau dari sisi usia yang terbesar itu di atas lima puluh tahun," jelas Aji.
Meskipun begitu, Aji menyebut, tidak ada kematian Covid-19 pada usia anak-anak karena usia yang masih muda. Aji menuturkan, pihaknya pun akan terus melakukan sosialisasi khususnya kepada penderita komorbid.
Hal ini juga sesuai dengan arahan pemerintah pusat untuk menekan angka kematian Covid-19 akibat komorbid. Selain itu, Pemda DIY juga siap mendukung penelitian yang dilaksanakan Universitas Gadjah Mada (UGM) terkait waste water surveillance. "Siap mengantar dan mendukung untuk melaksanakan di DIY," kata dia.
Satgas Penanganan Covid-19 DIY mencatat penambahan delapan kematian Covid-19 pada 21 Maret 2022. Delapan kasus meninggal dunia tersebut terdiri dari tiga warga Bantul, dua warga Kulon Progo, dua warga Gunungkidul, dan satu warga Sleman.
Secara kumulatif, kematian Covid-19 sudah tercatat sebanyak 5.716. Sedangkan, persentase kematian di DIY ada di angka 2,63 persen.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan juga mengatakan, penelitian waste water surveillance tersebut dapat dijadikan alternatif mendeteksi dini penyebaran Covid-19. Ia pun meminta agar Kementerian Kesehatan menindaklanjuti penelitian tersebut.