Jumat 25 Mar 2022 03:40 WIB

Perempuan Indonesia Bangun Sumur untuk Atasi Krisis Air di Gaza dan Tepi Barat

Sekelompok perempuan Indonesia membuat sumur atasi krisis air Gaza dan Tepi Barat

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Sekelompok perempuan Indonesia membuat sumur atasi krisis air Gaza dan Tepi Barat. Ilustrasi.
Foto: AP
Sekelompok perempuan Indonesia membuat sumur atasi krisis air Gaza dan Tepi Barat. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekelompok perempuan Indonesia yang tergabung dalam Adara Relief International mendirikan sumur-sumur, meningkatkan taraf hidup, dan mengirimkan bantuan ke masyarakat Palestina yang tertindas. Tidak hanya meningkatkan taraf hidup masyarakat Palestina, Adara Relief juga ingin menghidupkan Al-Quds.

"Menghidupkan Masjid Al-Aqsa, karena itu programnya namanya Light Up Al-Aqsa," kata Direktur Eksekutif Adara Relief International Sri Vira Chandra, Kamis (24/3/2022).

Baca Juga

Ia menjelaskan Adara Relief memiliki empat program utama yakni Emergency, Seasonal, Light Up Al-Aqsa, dan Life Improvement. Salah satu program yang digelar Adara adalah pembangunan sumur-sumur di tengah krisis air di Gaza dan Tepi Barat.

Adara menjelaskan Israel menyabotase seluruh kehidupan di Palestina tidak terkecuali airnya. Air di Gaza dicemari Israel. Sementara air milik warga Palestina di Tepi Barat diambil dan dicuri. Ironasinya air itu harus mereka beli kembali.

"Kalau di Gaza membangun sumur lebih mudah, karena itu kota merdeka. Di Tepi Barat lebih sulit karena dikuasai Israel," kata Sri.

Perusahaan air Mekorot tidak memenuhi kebutuhan air yang dibutuhkan warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat. Setiap musim panas, Tepi Barat kekurangan air tidak hanya karena sumur-sumur di Tepi Barat mengalami defisit produksi akibat iklim, melainkan juga dikurangi Israel.

Tidak hanya masalah air tapi Adara juga tapi juga melihat intimidasi Israel pada anak-anak. Dalam laporannya Adara mengatakan Israel tidak hanya menyiapkan legislasi hukum yang memberatkan anak Palestina tapi juga sejumlah sistem yang membuat anak-ana Palestina mendapat hukuman penjara. Anak-anak Palestina juga menerima tekanan dan kekerasan dalam proses interogasi Israel.

Anak-anak Palestina sering kali terpaksa mengakui hal-hal yang sebenarnya tidak mereka lakukan akibat tekanan-tekanan maupun kekerasan yang mereka alami. Israel menempatkan tawanan anak Palestina di tiga penjara khusus yakni Offer, Magido, dan Damon. Laporan tahunan Admeer pada 2020 menunjukkan kondisi sel tahanan yang sangat memperhatikan dan tidak adanya fasilitas dasar kehidupan yang layak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement