REPUBLIKA.CO.ID, TELAVIV—Profesor ilmu politik di Universitas Haifa, Israel, Asad Ghanem menyebut dukungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk Israel adalah sebuah aib. Pernyataan ini dijelaskannya dalam surat terbuka yang dimuat di Middle East Eye, Selasa (22/3).
Kritik Ghanem atas Presiden Ukraina tersebut adalah respons atas pidato Zelensky yang disampaikan kepada parlemen Israel Knesset beberapa hari lalu. Dalam pernyataannya, Zelensky bahkan menyamakan kondisi Ukraina dengan Israel.
"Presiden Volodymyr Zelensky yang terhormat. Pidato Anda baru-baru ini di hadapan Knesset Israel adalah aib dalam hal perjuangan global untuk kebebasan dan pembebasan, khususnya rakyat Palestina," katanya.
"Anda membalikkan peran penjajah dan yang dijajah. Anda melewatkan kesempatan lain untuk menunjukkan keadilan tujuan Anda dan tujuan kebebasan yang lebih luas," ujarnya.
Ghanem menggarisbawahi pernyataan Presiden Ukraina yang mengatakan, "Kita berada di negara yang berbeda dan dalam kondisi yang sama sekali berbeda. Tetapi ancamannya sama, bagi kami dan Anda, kehancuran total orang, negara, budaya. Dan bahkan nama-nama: Ukraina, Israel."
Ghanem menekankan, dirinya mengecam tindakan invasi Rusia atas Ukraina dan mengaku sedih dan marah atas itu. Dia juga menyebut Ukraina memang harus mendapat dukungan untuk menghadapi masalah ini.
Kendati demikian, dia menyayangkan standar ganda yang dilakukan Zelensky terutama jika dibandingkan pendudukan Palestina.
"Saya juga prihatin dengan standar ganda Anda yang nyata terhadap perjuangan Palestina yang sah melawan pendudukan, penindasan, pembunuhan, diskriminasi rasial, dan pemindahan. Kejahatan yang telah dilakukan Israel selama lebih dari tujuh dekade terhadap rakyat saya," ujarnya.
Menurut dia, kejahatan Israel sudah begitu jelas kepada rakyat dan tanah Palestina. Mulai dari pemindahan paksa ratusan ribu warga Palestina selama Nakba 1948, pembersihan etnis, pengusiran yang menyebabkan warga Palestina mencari perlindungan di negara tetangga.
Ratusan kota dan desa secara etnis dibersihkan dan dihancurkan, dengan sebagian besar fitur mereka kemudian dihapus dari bumi, mencegah kembalinya orang-orang mereka.
Beberapa warga Palestina menjadi terlantar di dalam negara Israel yang baru diproklamasikan, sementara yang lain mencari perlindungan di negara-negara Arab tetangga.
"Namun, Anda telah mengambil posisi publik untuk mendukung pendudukan Israel. Pada 2020, Anda memilih untuk keluar dari Komite PBB tentang Pelaksanaan Hak-Hak Rakyat Palestina yang Tidak Dapat Dicabut, sebuah badan yang bertugas mendukung hak-hak Palestina. Anda bahkan mendukung hak Israel untuk membela diri ketika mereka mempraktikkan bentuk agresi paling ekstrem terhadap rakyat kami," katanya.
Dia menuturkan, rakyat Palestina menginginkan kemenangan dan keberhasilan Ukraina atas konflik yang terjadi saat ini. Hal ini karena kemenangan Ukraina seakan menghidupkan harapan kebebasan dan kemerdekaan yang sama di masa mendatang.
"Di sisi lain, perjuangan dan kemenangan rakyat Anda, meski adanya kehancuran sebagian besar negara Anda dan penggusuran sejumlah orang Ukraina, akan memberi harapan kepada orang-orang lain yang berjuang melawan penindasan dan penghapusan, menghidupkan kembali harapan kami untuk kembali dan pembebasan. Untuk tujuan ini, saya mendesak Anda untuk berhenti mendukung penindas kami," ujarnya.