Selasa 29 Mar 2022 13:49 WIB

RI Punya Peran Kunci dalam Pengembangan Kendaraan Listrik

Aluminium sebagai bahan baku utama bodi mobil listrik banyak diproduksi di Indonesia.

Rep: Irfan Junaidi/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Direktur Adaro Energy Indonesia, Garibaldi Thohir, mengunjungi salah satu dealer mobil listrik di Los Angeles, Senin (28/3) pagi waktu setempat.
Foto: Republika/Irfan Junaidi
Presiden Direktur Adaro Energy Indonesia, Garibaldi Thohir, mengunjungi salah satu dealer mobil listrik di Los Angeles, Senin (28/3) pagi waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES - Produsen mobil listrik seperti Tesla dan Lucid terus berinovasi. Mereka berusaha memperluas pasar kendaraan listrik dengan teknologi ramah lingkungan yang memudahkan konsumen. 

Dengan kekayaan alamnya, Indonesia memiliki peran sangat strategis dalam industri kendaraan listrik. Aluminium sebagai bahan baku utama bodi mobil listrik banyak diproduksi di Indonesia. 

Baca Juga

Peluang ini pun mendorong PT Adaro Energy Indonesia untuk membangun kawasan industri hijau di Kalimantan Utara. Melalui Adaro Minerals, perusahaan tersebut membangun industri pengolahan aluminium dan bahan lain yang diperlukan kendaraan listrik.

"Hilirisasi kami jalankan sesuai dengan visi Bapak Presiden," ujar Presiden Direktur Adaro Energi Indonesia, Garibaldi Thohir, di Los Angeles, AS, Senin (28/3/2022). 

Dengan program hilirasi, bahan mentah mineral tidak bisa langsung diekspor. Bahan mentah harus diolah terlebih dahulu untuk bisa diekspor. "Sekarang jadi dapat banyak nilai tambah," kata pengusaha yang akrab disapa Boy Thohir itu. 

Di sela kunjungan ke Los Angeles, Boy beserta rombongan sempat mendatangi tiga dealer kendaraan listrik. Ketiganya adalah dealer Tesla, dealer Lucid, dan dealer Toyota Mirai. Ketiga brand tersebut mengembangkan kendaraan listrik dengan kreativitas dan inovasi masing-masing. 

Tesla dan Lucid mengembangkan mobil listrik yang mengandalkan baterai volume besar. Dengan proses pengecasan sekitar 20 menit, Lucid dan Tesla bisa digunakan berkendara sejauh 800-an km. 

Teknologi sedikit berbeda ditawarkan Toyota Mirai. Pabrikan asal Jepang ini mengembangkan teknologi bahan bakar hidrogen yang digunakan untuk menghasillan listrik. Kemudian listrik disimpan di baterai yang volumenya jauh lebih kecil dibandingkan Tesla dan Lucid. Daya listrik dari baterai itu menggerakkan mesin mobil. 

Masing-masing teknologi menawarkan keunggulan dan kelemahannya. "Kita memang tidak memproduksi mobilnya. Tapi kita punya mineral bahan bakunya seperti nikel, bauksit, alumina, ," kata Boy mengungkapkan. Dengan kondisi tersebut, dia mengaku yakin, ke depan mobil-mobil listrik bisa dibikin di Indonesia. 

Selain bahan baku mineral, area green industri yang dikembangkan Adaro di Kalimantan Utara juga akan menjadi daya tarik bagi pabrikan mobil listrik. "Ke depan nanti konsumen akan makin kritis," ujar Boy.

Dengan keyakinan bahwa mobil listrik itu ramah lingkungan, tutur dia, konsumen akan bertanya detail soal kendaraan itu. "Mereka akan bertanya listriknya dari mana, baterainya dari mana, bahkan bannya dari mana," kata Boy Menjelaskan. Adaro menyiapkan kawasan industri hijau untuk bisa menjawab berbagai kemungkinan pertanyaan dari konsumen.

Di kawasan itu akan dihasilkan listrik dari tenaga air. Kemudian proses produksi pun dijalankan secara ramah lingkungan. Ditargetkan pembangunan kawasan industri hijau yang dikembangkan Adaro tersebut bisa selesai dua tahun lagi. Dia meyakini ekosistem industri hijau tersebut bisa menarik minat pabrikan untuk memproduksi mobil listriknya di Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement