Jumat 08 Apr 2022 00:34 WIB

WHO Serukan Akses Kemanusiaan ke Mariupol

91 serangan di Mariupol targetkan fasilitas medis, termasuk rumah sakit dan ambulans.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Kerusakan terlihat di gedung-gedung apartemen setelah penembakan dari pertempuran di pinggiran Mariupol, Ukraina, di wilayah di bawah kendali pemerintah separatis Republik Rakyat Donetsk, pada Selasa, 29 Maret 2022. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan akses kemanusiaan ke kota Mariupol, Ukraina.
Foto: AP Photo/Alexei Alexandrov
Kerusakan terlihat di gedung-gedung apartemen setelah penembakan dari pertempuran di pinggiran Mariupol, Ukraina, di wilayah di bawah kendali pemerintah separatis Republik Rakyat Donetsk, pada Selasa, 29 Maret 2022. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan akses kemanusiaan ke kota Mariupol, Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan akses kemanusiaan ke kota Mariupol, Ukraina. WHO menyebut, lebih dari 90 serangan terhadap layanan kesehatan telah dikonfirmasi sepanjang pertempuran di Ukraina.

Direktur WHO untuk Eropa Hans Kluge mengatakan, bantuan kesehatan telah menjangkau banyak daerah yang terdampak pertempuran di Ukraina. Namun adalah pula yang masih berada di luar jangkauan. “Memang benar, beberapa tetap sangat sulit. Saya pikir, prioritas, saya rasa semua setuju, adalah Mariupol,” ucapnya kepada awak media, Kamis (7/4/2022).

Baca Juga

Dia pun menyoroti terimbasnya layanan atau fasilitas kesehatan dalam pertempuran di Ukraina. Menurut WHO, sebanyak 91 serangan yang menargetkan fasilitas medis, termasuk rumah sakit dan ambulans, telah dikonfirmasi. “Ini jelas merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional,” ujar Kluge.

Kluge menegaskan, bukan mandat WHO untuk mengaitkan serangan-serangan tersebut dengan aktor atau pelakunya. WHO hanya memverifikasi bahwa serangkaian serangan itu telah terjadi.

Kluge mengungkapkan, WHO telah mengirimkan lebih dari 185 ton pasokan medis ke daerah-daerah yang paling terdampak pertempuran di Ukraina. Suplai itu menjangkau atau membantu setengah juta warga di sana.

Pada Rabu (6/4/2022) lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia memblokir akses kemanusiaan ke Mariupol. Hal itu dilakukan karena Moskow disebut hendak menyembunyikan bukti terbunuhnya ribuan warga di sana.

Yunani telah mengumumkan akan meminta Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menyelidiki dugaan kejahatan perang di Mariupol. “Yunani akan meminta pengadilan internasional di Den Haag untuk menyelidiki kejahatan perang yang dilakukan di Mariupol. Yunani memiliki ketertarikan khusus untuk Mariupol karena keberadaan 100 ribu lebih komunitas Yunani di sana,” kata Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias, Kamis

Mariupol diketahui telah menjadi salah satu medan pertempuran paling sengit antara pasukan Rusia dan Ukraina. Menurut Dendias, Yunani pun akan meminta sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk melakukan yang terbaik dalam membantu kota pelabuhan Ukraina lainnya, yakni Odessa, menahan serangan Rusia. “Untuk melakukan itu, cukup sederhana, yakni dengan memberikan Ukraina sarana yang memadai untuk melindungi kota yang telah mereka minta,” ujar Dendias. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement