REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mencatat realisasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan liquid petroleum gas (LPG) meningkat lebih dari dua kali lipat pada Maret 2022. Tercatat per Maret 2022, realisasi subsidi BBM sebesar Rp 3,2 triliun dari sebelumnya Maret 2021 senilai Rp 1,3 triliun. Kemudian pada 2021, realisasi subsidi LPG sebesar Rp 10,2 triliun, sedangkan 2022 mencapai Rp 21,6 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dari sisi volume subsidi jug mengalami kenaikan, subsidi BBM naik menjadi 2.664,9 kilo liter dan subsidi LPG tabung tiga kilogram naik menjadi 1.212,4 triliun. Hal ini menunjukkan adanya tekanan daya beli seiring meningkatnya aktivitas masyarakat dan kenaikan harga energi dunia.
“Jadi kita lihat di sini, bantalan sosial yang lindungi tekanan karena lonjakan harga energi dunia adalah belanja subsidi naik dua lipat pada Maret 2022,” ujarnya saat konferensi pers APBN KiTa, Rabu (20/4/2022).
Dia menjelaskan pada tahun ini terjadi pergeseran tekanan atau guncangan terhadap perekonomian masyarakat. Jika pada tahun lalu guncangan utama berasal dari pandemi Covid-19, saat ini ada dari sisi daya beli.
"Tingginya harga komoditas menekan daya beli masyarakat, sehingga perlu adanya subsidi untuk menjaga konsumsi. Naiknya volume konsumsi membuat beban subsidinya pun meningkat," ucapnya.
"Guncangan 2022 bergeser dari pandemi ke sisi daya beli, terutama kelompok rentan, dan menekan dari sisi sosial," ucapnya.
Adapun secara keseluruhan, realisasi subsidi meningkat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. "Kalau tiga tahun berturut turut (2019-2021), subsidi berkisar Rp 15 triliun sampai Rp 19 triliun. Tahun ini kita melonjak sangat tinggi Rp 38,51 triliun," ucapnya.
Sementara itu Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menambahkan pemerintah masih melakukan kajian terkait wacana kenaikan harga BBM jenis Pertalite dan LPG 3 kilogram. Hal ini masih mempertimbangkan perkembangan ekonomi global khususnya terkait dampak perang Rusia-Ukraina yang meningkatkan harga komoditas di pasar internasional dan inflasi di sejumlah negara.
"Tentu ini semua harus kita kaji dan karena itu kita akan melihatnya secara hati-hati," ucapnya.
Menurutnya kenaikan harga komoditas, terutama minyak mentah dunia akan memengaruhi anggaran pemerintah untuk belanja subsidi energi bagi masyarakat.
“Sisi lain, kehati-hatian kita juga harus diperhitungkan karena kalau terjadi peningkatan harga komoditas maka subsidi kita juga akan meningkat. Tentu kita harus mencari balance yang paling pas berapa besar yang harus kita lakukan," ucapnya.