Kamis 28 Apr 2022 08:50 WIB

Turki Berharap Putin dan Zelensky Bisa Bertemu dalam Hitungan Hari

Turki berharap Putin dan Zelensky bertemu untuk mengakhiri perang

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengungkapkan, negaranya berharap Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dapat bertemu dalam beberapa hari mendatang
Foto: EPA-EFE/VIRGINIA MAYO
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengungkapkan, negaranya berharap Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dapat bertemu dalam beberapa hari mendatang

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengungkapkan, negaranya berharap Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dapat bertemu dalam beberapa hari mendatang. Hal itu dia sampaikan setelah menghadiri pertemuan untuk membahas bantuan militer Barat ke Kiev yang digelar di Pangkalan Udara Ramstein, Jerman, Rabu (27/4/2022).

"Kami berharap, meskipun ada beberapa kesulitan, kedua pemimpin akan dapat bertemu dalam beberapa hari mendatang berkat usulan dari presiden kami (Recep Tayyip Erdogan)," kata Akar seperti dikutip dalam keterangan pers yang dirilis Kementerian Pertahanan Turki, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Dia menekankan, Turki terus melakukan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk memainkan peran mediasi, guna mengakhiri konflik di Ukraina. “Sehingga situasi kemanusiaan di Ukraina tidak memburuk dan gencatan senjata dicapai sesegera mungkin,” ujarnya.

Meski merupakan salah satu anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Turki menjadi negara paling aktif dalam memediasi Rusia dan Ukraina. Pada 29 Maret lalu, delegasi Rusia dan Ukraina menggelar negosiasi di Istanbul. Meski tak mencapai kesepakatan gencatan senjata, Moskow berjanji mengurangi operasi militernya di sekitar Kiev dan Chernihiv.

Pada Selasa (24/4) lalu, Putin melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Moskow. Pada momen itu, Putin menyampaikan, dia masih berharap dialog dapat mengakhiri konflik di Ukraina. "Terlepas dari kenyataan bahwa operasi militer sedang berlangsung, kami masih berharap bahwa kami akan dapat mencapai kesepakatan di jalur diplomatik. Kami sedang bernegosiasi, kami tidak menolak (pembicaraan)," kata Putin kepada Guterres.

Kendati demikian, Putin menjelaskan, proses negosiasi telah terjegal oleh tudingan yang menyebut pasukan Rusia membantai warga sipil di Bucha, Ukraina. “Ada provokasi di desa Bucha, yang tidak ada hubungannya dengan tentara Rusia,” ucap Putin.

Dia mengklaim mengetahui siapa yang menyiapkan provokasi semacam itu dan bagaimana mereka menjalankannya. Namun Putin tak mengungkap secara gamblang siapa pihak yang dimaksud. Pada kesempatan itu, Putin mengaku mengetahui kekhawatiran Guterres tentang operasi militer Rusia di Ukraina. Putin pun menyatakan siap membahasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement