Selasa 17 May 2022 06:54 WIB

Kultum Subuh Berjamaah, Petugas Haji Diingatkan Dua Ayat Ini

Para calon petugas yang berkumpul harus bersyukur menjadi bagian dari PPIH

Prof KH Aswadi
Foto: Ist
Prof KH Aswadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para calon petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memulai kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Kementerian Agama pada Selasa (17/5) dengan sholat Subuh berjamaah di Masjid Asrama Haji, Jakarta.  Setelah menunaikan ibadah tersebut, para petugas mendapatkan pembekalan kultum dari Prof KH Aswadi, akademisi UIN Sunan Ampel Surabaya. 

Dalam kultumnya, Aswadi mengungkapkan, para calon petugas haji yang berkumpul hari ini harus bersyukur karena dapat menjadi bagian dari PPIH. Terlebih, Indonesia baru mengirimkan kembali jamaah haji pada 2022 ini setelah dua tahun absen dari perhelatan akbar tersebut akibat Pandemi Covid-19.  Aswadi menjelaskan, para petugas haji merupakan orang-orang terpilih yang mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT karena telah terpilih melayani para jamaah haji. “Karena melayani jamaah itu kita mendapatkan kemuliaan,”ujar Aswadi. 

Aswadi pun meminta para calon petugas untuk merenungi ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang haji. Salah satunya, yakni QS Al Hajj ayat 26. Menurut Aswadi, salah satu surah Alquran yang memiliki nomor urut 22 itu mengingatkan kepada kita jika Haji diselenggarakan pada tahun ke-22 masa kenabian. 

وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَٰهِيمَ مَكَانَ ٱلْبَيْتِ أَن لَّا تُشْرِكْ بِى شَيْـًٔا وَطَهِّرْ بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْقَآئِمِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ 

Wa iż bawwa`nā li`ibrāhīma makānal-baiti al lā tusyrik bī syai`aw wa ṭahhir baitiya liṭ-ṭā`ifīna wal-qā`imīna war-rukka'is-sujụd.

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud.

Menurut Aswadi, ayat tersebut menggambarkan tentang Ibrahim yang diperintahkan Allah untuk menyiapkan dan menyucikan Baitullah. Dia menjelaskan, hal tersebut menjadi salah satu perintah bentuk pelayanan kepada Allah SWT. Padahal, ujar dia, saat itu belum ada teknologi yang memungkinkan untuk mengumpulkan manusia seperti zaman ini.  "Menurut para ulama, Nabi Ibrahim bingung bagaimana mau mengumpulkan manusia tetapi Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sampai kita lihat bagaimana Ka'bah sekarang,"ujar Aswadi.

Aswadi pun mengungkap ayat lain yang ada pada QS Al Baqarah ayat 196. 

وَأَتِمُّوا۟ ٱلْحَجَّ وَٱلْعُمْرَةَ لِلَّهِ ۚ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا ٱسْتَيْسَرَ مِنَ ٱلْهَدْىِ ۖ وَلَا تَحْلِقُوا۟ رُءُوسَكُمْ حَتَّىٰ يَبْلُغَ ٱلْهَدْىُ مَحِلَّهُۥ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ بِهِۦٓ أَذًى مِّن رَّأْسِهِۦ فَفِدْيَةٌ مِّن صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ ۚ فَإِذَآ أَمِنتُمْ فَمَن تَمَتَّعَ بِٱلْعُمْرَةِ إِلَى ٱلْحَجِّ فَمَا ٱسْتَيْسَرَ مِنَ ٱلْهَدْىِ ۚ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَٰثَةِ أَيَّامٍ فِى ٱلْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗ ذَٰلِكَ لِمَن لَّمْ يَكُنْ أَهْلُهُۥ حَاضِرِى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

Wa atimmul-ḥajja wal-'umrata lillāh, fa in uḥṣirtum fa mastaisara minal-hady, wa lā taḥliqụ ru`ụsakum ḥattā yablugal-hadyu maḥillah, fa mang kāna mingkum marīḍan au bihī ażam mir ra`sihī fa fidyatum min ṣiyāmin au ṣadaqatin au nusuk, fa iżā amintum, fa man tamatta'a bil-'umrati ilal-ḥajji fa mastaisara minal-hady, fa mal lam yajid fa ṣiyāmu ṡalāṡati ayyāmin fil-ḥajji wa sab'atin iżā raja'tum, tilka 'asyaratung kāmilah, żālika limal lam yakun ahluhụ ḥāḍiril-masjidil-ḥarām, wattaqullāha wa'lamū annallāha syadīdul-'iqāb

Artinya: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.

Menurut Aswadi, ayat yang turun di Madinah tersebut berbicara tentang Perjanjian Hudaibiyah. Saat itu, Rasulullah SAW memimpin rombongan kaum Muslimin untuk menunaikan Ibadah Haji. Hanya saja, mereka diadang kaum kafir Makkah sehingga berujung pada Perjanjian Hudaibiyah. "Secara kasat mata sebenarnya perjanjian itu merugikan Rasulullah dan kaum Muslimin. Tetapi kita lihat kondisi yang terjadi justru sebaliknya,"ujar dia. 

Aswadi pun berpesan agar para petugas bisa menolong sesama. Apalagi sebagai petugas haji diberi tugas untuk melayani para tamu Allah dengan rasa cinta dan kasih sayang. "Hal itu harus menjadi dasar petugas dalam menjalankan tugas."

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement