REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) akan meninjau tanggapan penegakan hukum terhadap penembakan di Robb Elementary School di Uvalde, Texas yang menewaskan 19 anak sekolah dan dua guru. Peninjauan tersebut dilakukan di tengah tekanan yang meningkat tentang tindakan polisi dalam menghadapi penembakan yang terjadi pada pekan lalu.
Juru bicara Departemen Kehakiman Anthony Coley, pada Ahad (29/5//2022) mengatakan, peninjauan akan dilakukan secara adil, tidak memihak dan independen. Coley menambahkan, hasil peninjauan akan diumumkan ke publik.
"Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk memberikan laporan independen tentang tindakan dan tanggapan penegakan hukum hari itu, dan untuk mengidentifikasi pelajaran yang dipetik dan praktik terbaik untuk membantu responden pertama mempersiapkan dan menanggapi peristiwa penembak aktif,” kata Coley, dilansir Aljazirah, Senin (30/5/2022).
Peninjauan dilakukan atas permintaan wali kota Uvalde. Laporan penembakan massal tersebut dibuat oleh Office of Community Policing Services. Ini jarang terjadi. Biasanya sebagian besar laporan penembakan massal disusun oleh lembaga penegak hukum setempat atau kelompok luar.
Pihak berwenang mengungkapkan, siswa dan guru berulang kali meminta bantuan operator 911, ketika seorang komandan polisi mengatakan kepada puluhan petugas untuk menunggu di lorong sekolah. Para pejabat mengatakan komandan percaya bahwa, tersangka dibarikade di dalam ruang kelas yang bersebelahan dan tidak ada lagi serangan aktif.
Pengungkapan itu menyebabkan lebih banyak kesedihan, dan menimbulkan pertanyaan baru tentang kesigapan petugas untuk bertindak lebih cepat dalam menghentikan penembakan. Pada akhirnya pelaku penembalan ditembak oleh petugas taktis Patroli Perbatasan, dan tewas.
Presiden AS Joe Biden belum berbicara secara terbuka tentang tanggapan polisi terhadap penembakan itu. Pada Ahad, Biden dan ibu negara Jill Biden menyeka air mata saat mereka mengunjungi tugu peringatan di Robb Elementary School. Mereka meletakkan mawar putih dan memberi penghormatan ke kuil darurat untuk para korban.
"Lakukan sesuatu," teriak massa di luar Gereja Katolik Hati Kudus ketika Biden keluar setelah menghadiri misa.
"Kami akan melakukannya," jawab presiden.
Laporan resmi tentang bagaimana polisi menanggapi penembakan itu telah berubah-ubah. “Saya merasa kasihan pada mereka, karena mereka harus hidup dengan kesalahan karena hanya berdiam diri,” ujar mantan pendeta di gereja Primera Iglesia Bautista, dan kakek buyut dari salah satu gadis yang terbunuh dalam penembakan di Uvalde, Julian Moreno.
Penembakan Uvalde menempatkan maaalah kontrol senjata di puncak agenda negara. Biden, yang merupakan seorang Demokrat, telah berulang kali menyerukan reformasi besar pada undang-undang senjata AS. Biden tidak berdaya untuk menghentikan penembakan massal atau meyakinkan Partai Republik bahwa pengendalian senjata yang lebih ketat dapat membendung pembantaian massal.
Tokoh Partai Republik terkemuka seperti Senator Ted Cruz dari Texas dan mantan Presiden Donald Trump telah menolak seruan untuk tindakan pengendalian senjata. Mereka justru menyarankan untuk berinvestasi dalam perawatan kesehatan mental atau memperketat keamanan sekolah.