REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan akan semakin meningkatkan hubungan bilateral dengan negara-negara di Asia di bawah kepemimpinan Presiden Yoon Seokyoul. Salah satu negara Asia tersebut adalah Indonesia yang saat ini sudah memiliki kemitraan strategis spesial (special strategic partnership) dengan Korea Selatan.
Direktur Hubungan ASEAN dan Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri Korea Hwang Yoosil menjelaskan, kemitraan strategis spesial memiliki status tertinggi dalam hubungan bilateral. Di ASEAN, hanya Indonesia yang memiliki status tertinggi tersebut.
"Indonesia telah menjadi satu-satunya negara dari ASEAN yang memiliki kemitraan strategis spesial dengan kami. Selain Indonesia, kami membangun hubungan ini dengan India, Uzbekistan, dan UEA," ujar Hwang Yoosil saat menerima rombongan jurnalis Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea, di Kantor Kementerian Luar Negeri Korea, Selasa (31/5/22), lalu.
Menurut Hwang, kebijakan luar negeri di bawah Pemerintahan Presiden Yoon tidak akan mengalami banyak perubahan, terutama dalam hubungan bilateral dengan negara-negara di Asia Tenggara. Korea berencana akan lebih meningkatkan hubungan bilateral nya dengan negara-negara Asia yang menjadi kemitraan strategis nasional.
Dalam kesempatan terpisah, Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Gandi Sulistiyanto mengatakan bahwa ia telah mengingatkan langsung kepada presiden Korsel yang baru terpilih mengenai hubungan spesial kedua negara yang sudah terjalin sejak 2017.
"Saya mengingatkan kembali, bahwa pada 2017 sudah ditandatangani special strategic partnership. Satu-satunya negara yang punya hubungan spesial ini di ASEAN baru Indonesia," kata Sulis di KBRI Seoul.
Sebagai Dubes yang baru ditempatkan di Korea Selatan, Sulis menargetkan untuk meningkatkan nilai perdagangan kedua negara menjadi dua kali lipat dari USD 17 miliar (Rp 245,78 triliun) pada 2021.
Hal ini akan dapat dicapai apabila kesepakatan Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) segara disahkan regulasinya oleh Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Melalui CEPA, ribuan barang dari kedua negara akan bebas bea keluar-masuk.
"Harusnya semester pertama sudah disahkan, lebih cepat lebih baik. Saya akan dorong, target baru dua bulan lagi," ujar Dubes yang sebelumnya merupakan CEO Sinarmas.
Selain itu, Sulis tengah mendorong komoditas Indonesia untuk mensubstitusi komoditas dari negara-negara yang sedang terlibat perang seperti batu bara. Karena Korea Selatan mengimpor batu bara dari Rusia.
Kendati begitu, saat ini belum banyak batu bara produksi Indonesia yang bisa diekspor ke Korsel. Sebabnya, menurut Sulis, batu bara yang dibutuhkan oleh Korsel memiliki kalori yang lebih tinggi, seperti yang diproduksi Rusia dan Australia.
"Memang Korsel ambil batu bara dari Indonesia, tapi tidak banyak. Yang pasti, usaha ke sana sedang dilakukan, saya sudah bilang ke Kementerian Perdagangan Korsel bahwa Indonesia siap mensubstitusi kekurangan pasokan batu bara dari negara yang sedang berperang," tutur Sulis.
Selain meningkatkan hubungan perdagangan, Sulis juga akan mendorong lebih banyak pertukaran pelajar Indonesia ke Korea.