Kamis 09 Jun 2022 15:26 WIB

PKB-PKS Berpeluang Bentuk Koalisi, Pengamat: Menyulitkan Mereka Sendiri di Pilpres

Nasdem dinilai tak bakal mau bergabung jika PKB-PKS usung Cak Imin-Salim Segaf.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus raharjo
Berdasarkan hasil survei terbaru dari lembaga Poltracking Indonesia, Erick Thohir bersaing di peringkat utama bersama Sandiaga Uno.
Foto: Poltracking
Berdasarkan hasil survei terbaru dari lembaga Poltracking Indonesia, Erick Thohir bersaing di peringkat utama bersama Sandiaga Uno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yudha mengatakan koalisi antara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold 20 persen. Menurutnya, butuh sekiranya satu partai lagi untuk memenuhi ambang batas pencalonan presiden.

Namun, ia melihat bahwa Partai Nasdem belum tentu akan bergabung dengan koalisi tersebut. "Nasdem bergabung lebih dari cukup, mau tidak Nasdem kalau yang diusung Cak Imin dan Salim Segaf," ujar Yudha di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (9/6/2022).

Baca Juga

PKB dan PKS, jelas Yudha, memang memiliki ideologi partai dan basis massa yang sama, yakni kelompok masyarakat Islam. Namun jikalau koalisi tersebut memenuhi presidential threshold, justru ideologi yang sama itu akan membuat kedua partai kesulitan menghadapi Pilpres 2024.

"Ada peluang PKB dan PKS, sama-sama partai berbasis massa Islam, dua partai ini saya kira sama. Jadi kalau bergabung, (hanya) meninggikan posisi tawar untuk bargaining saja," ujar Yudha.

Jika koalisi PKB dan PKS terbentuk, ia menilai ada keterpaksaan dalam pembentukannya. Pasalnya, PKS mengaku masih terbuka dengan partai manapun. Sedangkan PKB masih tetap mengupayakan Abdul Muhaimin Iskandar maju sebagai capres.

"Tantangannya kalau tiga partai itu (dengan Nasdem), dia representasi partai itu dia tidak ada, rugi (tidak mendapat) coattail effect, efek ekor jasnya tidak dapat. Makanya itu dia akan ngejar, nanti ujung-ujungya orang non partai," ujar Yudha.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid mengatakan bahwa kerja sama politik dibutuhkan dalam pemenangan Pilpres 2024. Partainya pun masih membuka peluang koalisi dengan siapa saja, termasuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

PKB dan PKS, jelas Jazilul, memiliki romantisme tersendiri di masa lalu. Salah satunya ketika kedua partai tersebut, bersama partai berbasis Islam lainnya berhasil menjadikan KH Abdurrahman Wahid sebagai presiden pada 1999.

PKS disebutnya juga sudah memberikan panggung kepada Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar dalam Milad ke-20 partai tersebut. Acara tersebut menjadi salah satu forum bagi Muhaimin untuk menyampaikan gagasannya terhadap Indonesia.

"Itu tandanya PKS dengan PKB sedang membangun kemesraan, mudah-mudahan publik melihat itu, dan kemesraan ini sesungguhnya juga terjadi di masa-masa lalu. Kami berharap kemesraan ini terulang lagi di masa depan," ujar Jazilul.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement