Rabu 15 Jun 2022 18:49 WIB

80 Persen Anak-Anak Gaza Menderita Depresi 

Lebih dari separuh anak Gaza berpikir untuk bunuh diri.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Laporan Save the Children mengungkapkan, empat dari lima anak di Jalur Gaza menderita depresi, kesedihan, dan ketakutan yang disebabkan oleh blokade Israel selama 15 tahun.
Foto: AP / John Minchillo
Laporan Save the Children mengungkapkan, empat dari lima anak di Jalur Gaza menderita depresi, kesedihan, dan ketakutan yang disebabkan oleh blokade Israel selama 15 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Laporan Save the Children mengungkapkan, empat dari lima anak di Jalur Gaza menderita depresi, kesedihan, dan ketakutan yang disebabkan oleh blokade Israel selama 15 tahun. Laporan yang berjudul “Trapped” ini mewawancarai 488 anak, serta 168 orang tua dan pengasuh di Jalur Gaza. 

Blokade Jalur Gaza dimulai pada Juni 2007. Blokade ini sangat mempengaruhi ekonomi wilayah Gaza dan membatasi mobilitas warganya. Blokade mempengaruhi kehidupan anak-anak, dengan jumlah 47 persen dari total dua juta penduduk Gaza.

Baca Juga

Sekitar 800 ribu anak Gaza tidak pernah mengenal kehidupan tanpa blokade. Laporan itu menyatakan, anak-anak di Gaza harus menghadapi enam situasi yang mengancam jiwa, lima eskalasi kekerasan dan pandemi Covid-19. Penelitian terbaru Save the Children menunjukkan bahwa, kesehatan mental anak-anak, dan remaja telah memburuk secara dramatis sejak laporan terakhir mereka empat tahun lalu. Jumlah anak yang melaporkan tekanan emosional meningkat dari 55 persen menjadi 80 persen.

Laporan tersebut menunjukkan, ada peningkatan jumlah yang signifikan terhadap anak-anak Gaza yang merasa takut yaitu 84 persen dibandingkan dengan 50 persen pada 2018. Kemudian anak-anak yang merasa gugup sebesar 80 persen dibandingkan dengan 55 persen pada 2018. Sementara anak-anak yang mengalami depresi naik dari 62 persen menjadi 77 persen, dan anak-anak yang merasakan kesedihan naik dari 55 persen menjadi 78 persen.

Save the Children juga melaporkan, lebih dari separuh anak Gaza berpikir untuk bunuh diri. Sementara tiga dari lima anak melukai diri sendiri. Faktor yang berkontribusi terhadap krisis kesehatan mental yang dialami oleh anak-anak dan remaja di Gaza adalah kurangnya akses ke layanan dasar seperti perawatan kesehatan, dan blokade yang sedang berlangsung.

Menurut petugas kesehatan yang diwawancarai dalam laporan tersebut, 79 persen anak-anak Gaza masih mengompol selama beberapa tahun terakhir. Sementara 59 persen anak-anak mengalami kesulitan bicara, bahasa dan komunikasi, termasuk reaktif mutisme, yang merupakan gejala trauma atau pelecehan. Save the Children memperingatkan bahwa efek dari gejala-gejala ini berpengaruh pada perkembangan, pembelajaran, dan interaksi sosial anak-anak secara jangka panjang.

“Bukti fisik penderitaan mereka seperti mengompol, kehilangan kemampuan untuk berbicara atau menyelesaikan tugas-tugas dasar sangat mengejutkan, dan harus menjadi peringatan bagi komunitas internasional,” ujar Country Director untuk Save the Children di wilayah Palestina, Jason Lee, dilansir Aljazirah, Rabu (15/6/2022).

Dalam laporan 2018, blokade yang berkelanjutan dapat menghancurkan kemampuan para pengasuh untuk mengasuh anak. Laporan terbaru Save the Children sekarang menunjukkan bahwa, 96 persen responden melaporkan kesedihan dan kecemasan yang konstan, dan tekanan emosional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement