Kamis 16 Jun 2022 12:39 WIB

Mendeteksi Baik dan Buruknya Hati Melalui Dzikir

Hati merupakan barometer baik dan buruknya seorang hamba.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Mendeteksi Baik dan Buruknya Hati Melalui Dzikir
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Mendeteksi Baik dan Buruknya Hati Melalui Dzikir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perilaku manusia sejatinya mencerminkan keadaan hatinya. Ketika hati seorang hamba hatinya dipenuhi dengan cahaya Allah maka perilaku kesehariannya pun akan diliputi dengan kebaikan dan melahirkan kemaslahatan bagi sesama.

Sedang bila seorang hamba hatinya dipenuhi hasad, sombong, riya dan penyakit hati lainnya maka perilaku kesehariannya akan menampilkan keburukan dan penyimpangan-penyimpangan terhadap ajaran agama. Maka, hati merupakan barometer baik dan buruknya seorang hamba. 

Baca Juga

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: 

 

أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ

 

"Ingatlah, dan sesungguhnya di dalam hati itu terdapat segumpal darah. Jika ia baik, baik (pula) seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati.” Hadits ini diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim (Muttafaqun Alaih)

 

Pendakwah yang juga Sekretaris Awwal Idaroh Aliyah-Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) KH. Ali M Abdillah mengatakan hati itu memiliki dua model. Pertama, hati yang memiliki sensitivitas dan kelembutan. Sehingga orang tersebut akan memiliki ketertarikan ketika diajak berdzikir.

Sebagaimana firman Allah SWT: 

 

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

 

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Alquran surat Al Anfal ayat 2).

 

Kedua, hati yang keras. Yakni hati yang tidak memiliki sensitivitas untuk mengingat Allah.

Kiai Ali mengatakan ciri orang yang hatinya keras adalah memiliki telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar kalam-kalam Allah SWT. Ciri lainnya adalah memiliki mata tetapi tidak digunakan untuk melihat kebesaran-kebesaran Allah dan memiliki hati tetapi tidak dapat merasakan keindahan dalam berdzikir mengingat Allah. Maka kiai Ali mengatakan orang yang keras hatinya adalah orang-orang yang celaka.  

 

"Karena itu kita bisa mendeteksi hati kita, apakah ketika hati kita diajak dzikir itu memiliki respons positif, biasa saja, atau negatif. Ketika hati kita diajak dzikir responnya positif itu perlu diistikamahkan karena frekuensinya sudah masuk sehingga perlu istikamah. Ketika hati kita dibuat dzikir frekuensinya biasa saja, tidak ada ketertarikan, inilah yang perlu diajak untuk berlatih untuk mengistikamahkan dzikir," kata kiai Ali yang juga pimpinan Pesantren Ar-rabbani Nagrak pada Republika.co.id beberapa hari lalu.

 

Menurut kiai Ali, bila seorang hamba merasa hatinya biasa-biasa saja ketika berdzikir atau ketika mendengarkan dzikir maka perlu terus diasah. Misalnya, dengan memperbanyak dzikir nafi Isbat setiap selesai melaksanakan sholat lima waktu. Menurutnya, orang yang secara istikamah melakukan dzikir nafi isbat dan lafaz dzikir lainnya akan merasakan perubahan yang sangat signifikan pada dirinya dan kehidupannya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement