REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia bertambah 1.985 kasus positif pada Rabu (22/6/2022) kemarin. Dengan tambahan tersebut, jumlah total kasus COVID-19 yang ditemukan di Indonesia sejak Maret 2020 hingga hari ini menjadi 6.072.918 kasus.
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan dalam 1 bulan kasus konfirmasi Covid naik sekitar 10 kali lipat . Sehingga, ada lima hal yang harus diwaspadai dengan adanya tren peningkatan ini."Pada 22 Juni kemarin tercatat hampir 2.000 kasus baru Covid-19, padahal 22 Mei kasus baru 227 orang dan 23 Mei 174 orang, jadi dalam 1 bulan naik sekitar 10 kali lipat, tinggi sekali dan jelas perlu kewaspadaan, setidaknya lima hal," ujar Tjandra kepada Republika, Kamis (23/6/2022).
Hal pertama yang harus diwaspadai adalah sifat virus Covid-19 yang masih "unpredictable" dan rendahnya jumlah tes serta pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS). Karena, dengan rendahnya jumlah tes dan pemeriksaan WGS akan semakin sulit menilai perkembangan perangai virus.
"Ini juga sebabnya WHO menyebut ada 3 skenario virus di 2022 (base, best, worse), dan kita belum tahu mana yang akan terjadi," ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Masyarakat, sambung Tjandra, disarankan tetap menggunakan masker meskipun berada di luar ruangan. Ia menilai pemakaian masker masih sangat perlu, terutama untuk individu yang memiliki risiko seperti kelompok lanjut usia (lansia) dan komorbid."Ada dua jenis risiko penularan. Pertama pada mereka yang lansia, komorbid, gangguan imun, kedua pada keadaan dimana risiko penularan lebih besar (kerumunan banyak orang, kontak dengan mereka yang bergejala). Tentu prokes secara umum harus jadi perhatian," kata Tjandra.
Tjandra juga meminta agar upaya surveilan ketat dan penyelidikan epidemiologi (PE) di lapangan terus ditingkatkan sebagai salah satu dasar utama pengendalian outbreak. Ia pun menyarankan agar semua atau hampir semua kasus baru tersedia data dari mana dan bagaimana sehingga sampai tertular."Keempat, vaksinasi lengkap kita masih 60an persen (nomor dua terendah di ASEAN, hanya di atas Myanmar), dan booster bahkan masih 23an persen. Jelas harus ada upaya khusus untuk ditingkatkan," tutur Tjandra
Terakhir, adalah mewaspadai akan adanya lonjakan perawatan akibat Covid-19. Hal ini lantaran sudah ada negara yang melaporkan kenaikan kasus berat yang di rawat di rumah sakit. "Jadi, walaupun di anggap BA.5 dan BA.4 ini secara umum lebih ringan, tetapi masyarakat yang akhirnya masuk RS harus terjamin perawatannya. Kita juga belum sepenuhnya tahu tentang ada tidaknya dampak jangka panjang pada ribuan orang yang di bulan Juni ini sudah tertular Covid-19," ujar Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara tersebut.