REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Animo masyrakat terhadap Bus Transjakarta begitu tinggi. Lihat saja apa yang terjadi di Bus Transjakarta koridor IX. Saking tingginya animo masyarakat tersebut, hingga membuat Bus Transjakarta disesaki penumpang. Namun hal itu tidak diimbangi dengan armada yang memadai, alias minim jumlahnya.
Karena itu, tidak heran jika setiap harinya para penumpang harus rela berdesakan dengan penumpang lain. Belum lagi pada saat jam sibuk, bus-bus Transjakarta kerap kali mengalami keterlambatan.
Tika (24) salah satu pengguna bus Transjakarta mengeluhkan sedikitnya armada bus yang ada. Menurutnya setiap hari ia harus mengantri lama untuk mendapatkan bus. Ditambah lagi kapasitas penumpang yang sudah melebihi batas.
Tika yang sehari-hari bekerja di daerah Slipi ini harus berjejalan dengan penumpang lain di dalam Transjakarta. Padahal niat awal Tika menggunakan Transjakarta agar lebih nyaman dan cepat. "Ini boro-boro nyaman, tiap hari harus kaya sarden. Tapi mau gimana lagi naik kendaraan umum juga macet," ujar Tika saat ditemui Republika, Senin (16/1).
Senada dengan Tika, Niken penumpang lain juga menuturkan hal yang sama. Menurutnya Transjakarta semakin hari semakin tidak nyaman. Ia harus menunggu lebih kurang setengah jam untuk mendapatkan bus. Belum lagi saat kondisi penuh, biasanya hanya dua tiga orang yang terangkut bus. Tentu penumpang lain harus bersabar lagi menunggu bus selanjutnya.
Niken juga menuturkan, saat jam-jam sibuk seperti pagi dan sore hari lebih parah lagi. Sebab beberapa jalur busway sering kali bertemu dengan jalur kendaraan umum. Seperti yang terjadi di daerah Semanggi. Ini membuat perjalanan Transjakarta menjadi terhambat. "Kebayang nggak tuh sudah desak-desakan, berdiri, jalanannya macet," tuturnya.
Nur, salah satu petugas tiket Transjakarta menuturkan, setiap hari di halte tempatnya bertugas saja terjual kurang lebih 700-800 tiket Transjakarta. Pada waktu akhir pekan kepadatan penumpang lebih dirasakan lagi. Sebab menurutnya, pada waktu akhir pekan tersebut armada Transjakarta yang beroperasi dikurangi jumlahnya.
Dari pantauan Republika, kondisi Transjakarta koridor IX memang sangat jauh dari kesan nyaman. Meski tertulis di stiker bus jumlah max penumpang bus ukuran umum (bukan gandeng) 85 orang, nyatanya jumlah penumpang yang diangkut melebihi kapasitas.
Ini membuat setiap harinya para penumpang yang sudah membayar tiket tersebut harus berjejalan dengan penumpang lain. Tak ada lagi batasan area khusus laki-laki maupun perempuan. Bahkan tak jarang penumpang manula yang juga harus ikut berdesakan karena sudah tak ada lagi ruang.