REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Penerapan tiket elektronik pada kereta rel listrik (KRL) oleh PT KAI dinilai masih prematur. Hal ini karena kebijakan tersebut tidak dibarengi dengan sistem dan infrastruktur yang memadai.
Moderator KRL Mania, Nurcahyo, mengatakan banyak pengguna KRL masih dibuat bingung dengan model tiket baru ini. Selain sosialisasi yang minim, infrastruktur yang dibutuhkan seperti mesin taping untuk memindai kartu elektronik juga jumlahnya masih sangat terbatas. "Sekarang ini cuma seperti ganti kartu saja. Pelaksanaannya tetap sama seperti sebelumnya, penumpang menunjukkan kartu kepada petugas," kata dia, Jumat (3/2).
Dengan terbatasnya mesin taping ini, Nurcahyo khawatir jika sistem tiket elektronik tersebut benar-benar dijalankan. Ia mencontohkan, di stasiun Cawang baru ada dua mesin taping. "Bisa dibayangkan, ribuan penumpang turun lalu menuju mesin taping yang jumlahnya cuma dua, antreannya bisa sepanjang apa," ujarnya.
Selain itu, Nurcahyo juga menyoroti sterilisasi di stasiun-stasiun yang memberlakukan tiket elektronik. Menurut dia, untuk menghindari antrean yang mengular dan ketertiban, seharusnya ada area terbatas yang hanya bisa dimasuki orang-orang yang berkepentingan. "Semestinya dilakukan uji coba dulu, baru diberlakukan," kata dia.