REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Baru sekitar 58 persen rumah di Kota Bandung memiliki sistem pembuangan limbah yang benar. Sisanya masih membuang limbah langsung ke sungai.
"Baru setengah wilayah yang sudah mengelola pembuangan dengan baik, yaitu ke Bojong Soang," tutur Kepala Dinas Kesehatan, Ahyani Raksanagara, kepada wartawan, Jumat (16/12).
Sungai, lanjut Ahyani, merupakan sumber kehidupan. Banyak orang yang menggantungkan hidupnya di sungai. Apabila tercemar, hal tersebut akan sangat berpengaruh pada kesehatan pengguna sungai tersebut.
Masalah pengolahan limbah ini merupakan satu dari empat hal yang menjadi permasalahan dalam sanitasi. Pengolahan limbah yang masih buruk akan berakibat sanitasi yang buruk pula.
Optimalisasi pengolahan limbah pun juga masih terkendala. "Kadang ada yang saluran pengolahan limbahnya sudah bagus tapi tersumbat oleh sampah," tutur Ahyani.
Untuk masalah sampah, Kota Bandung masih mengelolanya secara konvensional. Ahyani menyebutkan, pengelolaan sampah belum memiliki sentuhan teknologi seperti pengolahan sampah basah menjadi pupuk.
Di hulunya, sampah masih dikelola serabutan oleh masyarakat, yang merupakan sumber sampah. Artinya, masyarakat hanya tahu dan peduli soal sampah di rumahnya. "Warga tidak memikirkan kebersihan lingkungannya, yang penting rumahnya tidak kotor," kata Ahyani.
Pola pikir seperti ini, lanjutnya, harus diubah. Meskipun rumah bersih dari sampah tetapi lingkungan sekitarnya kotor, maka sumber penyakit tetap tidak hilang.
Ahyani mengungkapkan, masyarakat perlu menumbuhkan kesadaran terhadap hidup sehat tidak hanya di rumah. Masyarakat pun sebetulnya bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Air bersih juga menjadi tolak ukur sanitasi di Kota Bandung. Perusahaan daerah air minum (PDAM) Kota Bandung baru mampu menyediakan pasokan air untuk 65 persen wilayah di Kota Bandung. Sisanya, ujar Ahyani, banyak yang mengambil dari air tanah.
Hal tersebut, ujar Ahyani, harus kembali dilakukan perencanaan yang baik agar pasokan air tanah tidak habis. Misalnya dengan menanam tanaman di rumah atau membuat sumur resapan.
Sanitasi, ujarnya, tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi harus dari hulu ke hilir dan secara berkesinambungan. "Hal ini berawal dari kesadaran masing-masing individu untuk menjaga kesehatan tidak hanya untuk diri sendiri," tegasnya.
Senada dengan Ahyani, Wakil Wali Kota Bandung, Ayi Vivananda, mengungkapkan masyarakat Kota Bandung harus menghilangkan sifat egois dalam diri masing-masing. Membuang sampah di sungai, kata dia, tidak akan dirasakan dampaknya bila rumahnya berada di hulu. "Yang merasakan adalah masyarakat yang tinggal di hilir," ujarnya.
Masyarakat harus membangun perilaku yang sehat untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Kalau sudah seperti itu, kata dia, perbaikan dan dan pengelolaan sanitasi pun akan lebih mudah.