REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Jelang pemilihan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), pengamat sosial Arie Sujito mengatakan pada Senin (5/3), UGM jangan hanya terjebak pada polarisasi kelompok saja.
Arie yang juga staf pengajar Jurusan Sosiologi Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menambahkan UGM membutuhkan sosok pemimpin yang kredibel.
"Untuk itu, pemilihan rektor UGM 2012 jangan sampai terjebak pada pola-pola mekanis, apalagi politisasi pemilihan rektor nyaris sama dengan pola parpol yang sifatnya pragmatis. Saatnya pemilihan rektor ditandai dengan pertarungan ide untuk masa depan UGM dan bangsa," katanya.
kemerosotan nilai kampus perjuangan pun dinilai sebagai PR yang harus segera diselesaikan. "UGM mengalami penurunan sebagai universitas perjuangan, karena perguruan tinggi ini telah terjebak dalam birokratisasi dan industri pendidikan. Oleh karena itu, representasi nasional mengalami kemerosotan, karena kurang mampu memerankan secara kelembagaan sebagai pelopor pembaharuan dan reformasi Indonesia," kata
Arie mengatakan UGM jangan hanya mewarisi komunalisme, atau penggosipan yang justru menenggelamkan tradisi akademik.
"Kita harus kembangkan tradisi 'fair play' dan integritas keilmuwan dibanding masuk dalam pusaran persaingan sektarianisme blok-blok aliran. Gejala itu makin nampak, yakni menyaksikan kecenderungan polarisasi bukan karena ide atau pemikiran akademis kritis, melainkan hanya dikendalikan sentimen kelompok," katanya.