REPUBLIKA.CO.ID, KEBUMEN - Bentrokan antara petani Kebumen, Jawa Tengah dengan TNI AD menimbulkan korban luka-luka yang kebanyakan petani. Meski berdalih tindakan TNI sebagai bentuk upaya
melindungi diri, namun Mabes TNI tetap akan mengirimkan tim untuk melakukan investigasi atas kasus tersebut.
Berikut adalah kronologi bentrokan yang berujung pada kebrutalan TNI kepada petani Kebumen oleh TNI yang dikirimkan Direktur INDIPT (Institut Studi untuk Penguatan Masyarakat) Kebumen, Akhmad Murtajib kepada Republika. Pada Sabtu 16 April, FPPKS (Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan) mengadakan ziarah kubur ke makam lima anak yang meninggal terkena jeblugan bom mortir pada 2 Maret 1997.
Anggota FPPKS yang melakukan ziarah sebanyak 30-an, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Acara dimulai sekitar pukul 09.30 WIB dengan doa bersama. Makam lima anak tersebut terletak di dukuh Godi, Setrojenar, sekitar 400 meter dari kantor TNI.
Usai berziarah, rombangan FPPKS mendapat informasi bahwa TNI merusak blockade yang dibuat warga sejak beberapa hari sebelumnya, yaitu pada 11 April. Mendengar kabar itu, rombongan menuju ke tempat blokade, bergabung dengan pemuda dan petani Setrojenar yang sudah di tempat, untuk membangun kembali blokade yang rusak.
Warga membangun blokade tersebut dengan pohon-pohon yang di tebang di sekitarnya. Pada hari yang sama, TNI sedang mengadakan latihan di wilayah Ambal, yang letaknya di sebelah timur kecamatan Buluspesantren. Warga meminta agar TNI tidak usah memprovokasi warga Setrojenar dan sekitarnya dengan merusak blockade yang sudah dibuat.
Apalagi, latihan TNI berada di wilayah yang cukup jauh di timur lokasi, di kecamatan Ambal. Selain membangun kembali blockade yang dirusak TNI, sekitar pukul 11.00 WIB, warga membuat beberapa titik blockade tambahan. Termasuk juga merobohkan pintu gerbang utama menuju pusat latihan TNI yang berada di sebelah utara.
Pembangunan blockade ini merupakan sikap penentangan terhadap TNI mengadakan kegiatan latihan di tempat itu. Warga menghendaki agar kawasan Urut Sewu, nama untuk daerah pantai Selatan Kebumen, sebagai kawasan pertanian dan pariwisata.
Setelah itu, warga yang kemudian berjumlah sekitar 100 bergerak ke arah selatan, hampir mendekati pantai. Disitu dibangun sebuah rumah tingkat tiga yang diperuntukan untuk menara TNI. Bangunan tersebut dibangun di atas tanah warga. Sebagian bangunan tersebut dirusak oleh warga.
Setelah itu, warga kembali ke utara, ke desa. Pada saat kembali, TNI sudah berbaris di jalan dalam kondisi siap tembak. Saat itu, warga berkeyakinan bahwa TNI tidak akan menyerang warga, paling hanya menakut-nakuti.
Tapi ternyata keyakinan itu salah, para tentara itu menyerang warga, serta ada yang menembakan peluru tajam. Enam orang terkena tembak. Selain menembak, tentara juga ada yang memukul dengan popor senapan. Barang-barang yang dimiliki warga (seperti handphone) direbut dan dihancurkan tentara.
Ketika kejadian tersebut, politi tidak ada. Mereka baru datang setelahnya. Mereka yang terkena tembakan dan pukulan dibawa oleh polisi ke Mapolres Kebumen. Karena kondis parah, lalu di bawah ke RSUD kebumen. Sementara beberapa orang diinterogasi di Mapolres Kebumen. Sampai sore, tentara melakukan sweeping ke rumah-rumah warga.