REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI-- Suku Anak Dalam atau yang kerap dipanggil Suku Kubu ternyata memiliki kemampuan merakit senjata api tradisional yang mereka sebut "Kecepek".
"Memang sebagian kelompok masyarakat kita hingga kini ada yang sangat menguasai membuat senajata api (senpi) jenis kecepek, ini adalah bagian dari warisan tradisi dan kebudayaan masyarakat yang tergolong unik, khas dan berbau modernis," kata tokoh pemuda Suku Anak Dalam (SAD) Pangendum sekaligus Ketua Komunitas Makekal Bersatu (KMB) di Bangko, Ahad.
Senjata api Kecepek buatan masyarakat SAD itu adalah senjata laras panjang konvensional yang dipergunakan untuk berburu di hutan atau di dalam sungai menembak ikan, dan tidak dipergunakan untuk keperluan lain.
"Karena merupakan bagian dari tradisi maka masyarakat SAD memiliki kekebalan terhadap penggunaan dan pembuatan senjata Kecepek itu sebagaimana diatur konvensi, mereka tidak dilarang sejauh tidak dipergunakan untuk hal lain selain berburu," kata Pangendum yang juga generasi asli SAD ini.
Oleh karena itu, kenapa hingga saat ini masyarakat sering bertemu dan melihat orang-orang SAD bahkan ada yang cuma bercawat lalu lalang di desa-desa bahkan di kota-kota seperti di kota Sarolangun, Bangko, Bungo dan Tebo, tapi dengan menyandang senpi laras panjang Kecepek tersebut.
Pangendum mengakui, komunitas sering mendapat godaan dari masyarakat luas yang datang secara sengaja ingin memesan dibuatkan senjata Kecepek tersebut. "Sering ada orang yang menggoda seperti minta dibuatkan Kecepek, tentu saja kita menolak, apalagi kalau mereka memesan dalam jumlah besar, masyarakat SAD akan langsung curiga khwatir digunakan untuk kejahatan," katanya.
Ia mengaku bangga karena meski masyarakatnya dibebaskan membuat dan menggunakan senpi Kecepek itu, namun hingga kini masyarakat tetap berpegang teguh pada konvensi, mereka tidak pernah menyalahgunakan senjata itu.
"Kita senang karena hingga saat ini tidak pernah terdengar ada kasus penyalahgunaan senpi itu, tidak ada orang yang menjadi korban, mekipun seringkali terjadi konflik antara SAD dengan warga masyarakat umum, namun agaknya masyarakat SAD sangat menghormati konvensi dan tradisi kita," katanya.