REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG-- Sebanyak 721 rumah di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah rusak diterjang banjir lahar dingin dari Gunung Merapi pascaerupsi 2010.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Magelang, Eko Triyono, menyebutkan, dari sejumlah rumah tersebut 129 rumah hanyut, 307 rumah rusak berat, 129 rusak sedang, dan 156 rumah rusak ringan.
Ia mengatakan, sejumlah rumah itu kebanyakan berada di tepi sungai berhulu di Merapi, seperti Sungai Pabelan dan Putih yang tersebar di sejumlah wilayah meliputi Kelurahan Muntilan, Desa Adikarto, Gondosuli dan Tamanagung di Kecamatan Muntilan, Desa Jumoyo, Sirahan, Seloboro, Salam, Sucen dan Gulon Kecamatan Salam.
Serta dari Desa Ngrajek dan Progowati Kecamatan Mungkid, Desa Srumbung Kecamatan Srumbung, Desa Blongkeng Kecamatan Ngluwar, Desa Gondowangi dan Krogowanan Kecamatan Sawangan, serta Desa Banyubiru, Banyudono, dan Dukun Kecamatan Dukun.
Menurut dia, sebagian korban yang rumahnya rusak ringan telah menempati rumahnya kembali, namun mereka yang kehilangan rumah masih tinggal di pengungsain. Ia menyebutkan, saat ini masih terdapat 11 titik pengungsian di enam kecamatan yang dihuni 2.391 jiwa.
Eko mengatakan, warga yang rumahnya rusak berat hingga hilang ketika ditawari untuk tinggal di hunian sementara (huntara), ada 367 keluarga yang menyatakan setuju.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat ini telah membangun sebanyak 306 huntara di sejumlah lokasi, yakni 70 unit di Dusun Larangan, 212 unit di Lapangan Jumoyo, 106 unit di Lapangan Mancasan Kecamatan Salam dan sembilan unit di Lapangan Banyubiru Kecamatan Dukun.
"Selain itu, kami juga mendapat bantuan 61 unit huntara dari pihak swasta dan relawan," katanya.