REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Konflik di Ambon disayangkan sejumlah pihak. Tak terkecuali Wakil Ketua DPR, Pramono Anung. Menurutnya, pendekatan bagi Ambon tidak bisa dilakukan sembarangan. "Harusnya pendekatan kekeluargaan dan kekerabatan, bukan pendekatan keamanan," katanya, Selasa (13/9).
Ia mengatakan, jika pendekatan keamanan atau militer dikhawatirkan akan menambah tegang kondisi di lapangan. Contohnya pada kejadian di Ambon 2009 yang penyelesaiannya dilakukan dengan pendekatan militer. Hasilnya, justru tidak efektif dan malah menimbulkan ketegangan.
Hal ini berbeda jika pendekatan kekeluargaan yang dikedepankan. "Masyarakat Maluku itu sebenarnya sangat toleran. Saya sudah 10 kali ke sana, apalagi sekarang Ambon sudah jadi kota wisata," terangnya.
Pramono sempat menyanyangkan pula sikap aparat yang tidak segera meluruskan isu miring yang juga berkembang di masyarakat. Karena isu tidak benar itulah bentrokan terjadi. "Kalau dilihat aparat keamanan sangat kecil saat peristiwa terjadi. Kalau saja aparat menjelaskan kepada masyarakat, tentu tentang kejadian yang sebenarnya, hal itu mungkin tidak terjadi," ujar politisi PDI Perjuangan ini.
Celakanya, isu itu semakin berkembang di dunia maya sehingga menimbulkan kabar sesat. Dampak berikutnya justru menjadi pemantik sehingga terjadi bentrokan di kota tersebut.
Menurutnya, banyak yang tidak mengetahui kondisi sebenarnya bersikap reaktif dengan media sosial sehingga membesar dan dianggap sebagai hal yang benar. "Tetapi dengan memanfaatkan media sosial, dengan cara nge-twit, akhirnya tersebar ke mana-mana. Padahal kabar yang jadi penyebab bentrokan itu kan tidak benar," katanya.