REPUBLIKA.CO.ID,TRENGGALEK--Puluhan hewan ternak di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, ditemukan mati misterius dengan kondisi tubuh tercabik-cabik, sehingg usus dan seluruh isi perut terburai ke luar atau bahkan hilang sama sekali. Rentetan peristiwa yang membuat warga setempat gempar tersebut terjadi sejak pertengahan bulan puasa Ramadhan lalu, sekitar pertengahan Agustus, dan masih berlangsung hingga sekarang.
"Ketidakpastian mengenai penyebab kematian secara misterius puluhan ternak kambing itu memicu desas-desus adanya 'gerandong' atau mahkluk jejadian yang berkeliaran meminta tumbal. Dampak kejadian ini benar-benar membuat warga Watulimo saat ini dilanda keresahan luar biasa," kata Kabag Humas Pemkab Trenggalek, Yoso Mihardi, Jumat.
Ia tak bisa memastikan berapa ternak yang sudah mati dengan cara misterius tersebut. Namun berdasar laporan sementara sejak pertengahan bulan puasa lalu, jumlahnya diperkirakan lebih dari 50. Namun Yoso buru-buru menyanggah desas-desus mahkluk halus atau yang biasa diistilahkan warga dengan identifikasi nama "gerandong", sebagai penyebab kematian puluhan hewan ternak tersebut.
Selain keyakinan itu dinilai tidak rasional dan hanya menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat, fakta yang mereka temukan setelah melakukan penelitian ke sejumlah lokasi kejadian menunjukkan bahwa sebagian isi perut maupun daging hewan yang ditemukan tewas misterius itu dimakan.
Selain itu, tim investigasi dari dinas peternakan juga menemukan adanya bekas gigitan serta jejak kaki binatang buas di sekitar lokasi kejadian. "Kalau menilik jejak serta bekas gigitannya, kami berani memastikan penyebab kematian ternak-ternak itu adalah binatang buas. Cuma jenisnya apa, apakah harimau atau serigala, kami belum bisa memastikan," katanya.
Informasi yang dikumpulkan kontributor ANTARA dari berbagai sumber, saat ini sudah ada tiga desa yang "diteror binatang buas tersebut". Ketiga desa itu masing-masing adalah Desa Watulimo, Gemaharjo, serta Sebo.
Tiga desa itu kebetulan memang berada di pinggir hutan dan berada di area perbukitan. Dengan letak geografis tersebut, potensi resiko kehadiran "tamu tak diundang" seperti halnya harimau, serigala, maupun binatang buas, diduga memang sangat tinggi.
Apalagi, kondisi di dalam hutan saat ini mengalami kekeringan. Menurut hipotesa Yoso maupun tim peneliti dari Dinas Peternakan Trenggalek, sejumlah binatang buas yang sebelumnya bersembunyi di dalam hutan, terpaksa turun gunung karena rantai makanan mereka semakin tipis seiring menghilangnya rerumputan serta semak-belukar.
Namun sejauh ini belum ada yang mengaku pernah melihat langsung ataupun mendengar suara binatang buas selama terjadi rangkaian kematian ternak kambing secara misterius tersebut. Sebagian besar warga sejauh ini masih tetap meyakini bahwa penyebab kematian puluhan ternak mereka adalah karena "mahkluk jejadian yang menyerupai binatang buas", bukan murni karena harimau ataupun serigala seperti konfirmasikan pihak pemerintah daerah setempat melalui perangkat desa dan kepolisian.