REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Murid dan guru SMK Negeri 2 Denpasar yang menjadi korban gempa berkekuatan 6,8 pada skala Ricther memulai akivitasnya di sekolah dengan bersembahyang bersama untuk mengatasi trauma pascabencana, Senin. "Sebelum pelajaran, kami melakukan persembahyangan bersama yang dimaksudkan untuk memberi ketenangan bagi siswa-siswa agar mereka tidak lagi memikirkan peristiwa lalu yang membuat trauma," kata Sekolah SMK Negeri 2 Denpasar I Wayan Sarjana.
Usai bersembahyang bersama, para siswa juga diberikan pencerahan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Adi Krisna, siswa SMK Negeri 2 Denpasar mengatakan, kegiatan bersembahyang bersama tersebut diyakini dapat membuat perasaannya tenang dan dapat mengikuti pelajaran seperti hari biasanya. "Sembahyang ini bisa membersihkan diri sehabis gempa kemarin supaya perasaan bisa lebih tenang dan bisa belajar lagi seperti biasanya dan tidak memikirkan hal-hal yang mencemaskan," katanya menuturkan.
Bangunan SMK Negeri 2 Denpasar runtuh saat diguncang gempa 6,8 SR, Kamis (13/10) lalu. Sekolah itu disebut-sebut sebagai tempat yang mengalami dampak terparah dalam peristiwa gempa.
Puluhan murid SMK Negeri 2 Denpasar harus menjalani perawatan secara intensif di RSUP Sanglah akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Meskipun saat ini delapan kelas yang rusak akibat tertimpa musibah dan masih dalam perbaikan, para siswa masih tetap bisa melakukan aktivitas belajar dan mengajar.
Beberapa siswa yang sempat menjalani rawat inap di RSUP Sanglah pun sudah dipulangkan karena kondisinya berangsur-angsur membaik.
Selain SMK Negeri 2, BPBD Kota Denpasar juga mencatat ada sekitar 19 unit bangunan yang rusak akibat gempa, di antaranya Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Museum Alam Puri Penatih, Pos Pemadam Kebakaran Juanda, rumah sakit, dan enam rumah warga yang tersebar di empat kecamatan.