Rabu 26 Oct 2011 18:39 WIB

Penembakan Masih Terjadi di Papua, Sebagian Warga Mengungsi

Aparat Gabungan TNI/Polri di Mulia, Ibukota Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Senin (24/10), melakukan pengejaran terhadap kelompok pengacau keamanan, usai melakukan penyerangan yang menewaskan Kepala Kepolisian Sektor Kota (Kapolsek) Mulia, AKP Dominggus Awes
Foto: Antara/Marcelinus Kelen
Aparat Gabungan TNI/Polri di Mulia, Ibukota Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Senin (24/10), melakukan pengejaran terhadap kelompok pengacau keamanan, usai melakukan penyerangan yang menewaskan Kepala Kepolisian Sektor Kota (Kapolsek) Mulia, AKP Dominggus Awes

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA - Ratusan keluarga yang bermukim di Kampung Nayaro, Distrik Mimika Baru, Mimika, Papua sudah mengungsi ke Timika dan tempat lainnya karena merasa tidak nyaman akibat maraknya kasus penembakan oleh gerombolan bersenjata tak dikenal dalam kurun waktu tiga pekan terakhir.

Kepala Kampung Nayaro, Herman Apoka saat mendatangi Kantor DPRD Mimika, Rabu (26/10) menuturkan, sebagian besar warga Nayaro mengungsi dari kampung halaman mereka. Ada warga yang menyeberang ke Timika dengan berjalan kaki puluhan kilometer melewati areal pengendapan tailing PT Freeport yang memisahkan Kota Timika di sisi barat dan Kampung Nayaro di sisi timur.

Sebagian warga yang lain memilih tinggal di bevak-bevak alias gubuk-gubuk darurat yang terbuat dari daun gebang di pinggiran sungai yang mengalirkan material tailing. Sejak insiden penembakan terjadi di areal PT Freeport Indonesia, Jumat (14/10) yang menewaskan tiga karyawan PT Puri Fajar Mandiri di Mil 37 ruas jalan Tanggul Timur, kendaraan bus yang biasa setiap hari melayani antarjemput warga Nayaro ke Timika tidak lagi beroperasi.

Akibatnya, suplai berbagai barang kebutuhan pokok masyarakat Nayaro menjadi terhambat. Tidak itu saja, kondisi itu juga mengakibatkan puluhan pelajar SMP dan SMA yang biasa pergi pulang ke Timika dengan menggunakan bus untuk bersekolah menjadi tidak bisa lagi menikmati pendidikan.

Demikian pun pelayanan di bidang kesehatan yang selama ini ditangani Departemen Public Health & Malaria Control sudah tidak jalan karena petugas tidak berani datang ke Nayaro. "Masyarakat sebagian besar sudah mengungsi ke luar dari Nayaro karena takut jangan-jangan kejadian seperti itu merembes sampai ke Nayaro. Sekarang masyarakat tidak bisa lagi pergi pulang dari Timika ke Nayaro seperti dulu," tutur Herman.

Menurut Herman, semua lokasi kejadian penembakan oleh gerombolan bersenjata tak dikenal terjadi di jalan poros dari Timika menuju Kampung Nayaro dan Tembagapura yaitu di Mil 37, Mil 39 dan Mil 40. Lokasi Kampung Nayaro sendiri berada dalam areal sisi timur PT Freeport Indonesia, namun untuk menuju ke kampung itu harus menempuh perjalan darat melalui jalan poros PT Freeport yang menghubungkan Timika menuju Tembagapura.

Herman juga mengatakan saat ini rumah-rumah warga di Kampung Nayaro tidak lagi menikmati layanan aliran listrik lantaran ketiadaan bahan bakar solar. Terkait kondisi tersebut, pada Rabu pagi Herman Apoka bersama sejumlah warga Nayaro mendatangi Kantor DPRD Mimika untuk menyampaikan surat keluhan kepada para wakil rakyat setempat.

Menurut Herman, warga Nayaro sangat berharap DPRD Mimika segera menyikapi berbagai kasus penembakan oleh gerombolan bersenjata tak dikenal selama ini, demikian juga terhadap masalah mogok kerja karyawan PT Freeport serta membuka kembali semua akses jalan agar tidak mengganggu pelayanan terhadap masyarakat umum.

"Kami berharap DPRD Mimika segera mengundang semua pihak terkait baik Pemda, jajaran TNI dan Polri untuk membahas masalah keamanan daerah yang selama beberapa waktu terakhir terganggu," harap Herman.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement