REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kota Ternate masih diselimuti debu vulkanik berasal dari letusan Gunung Gamalama pada Ahad (4/12) malam, yang juga berdampak penutupan Bandara Sultan Babullah.
Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika Bidang Media Massa Henry Subiakto ketika dihubungi dari Jakarta, Senin (5/12), mengatakan, hujan debu pada Senin pagi menutup langit Ternate.
"Kota menjadi sepi, jalanan penuh lumpur vulkanik yang tersiram hujan sehingga licin, sementara Bandara Sultan Babullah masih tertutup dan belum tahu hingga kapan pesawat bisa 'landing'," kata Henry yang berada di Ternate terkait sosialisasi program berinternet sehat oleh Kemenkominfo.
Suasana kota di Maluku Utara itu, katanya, cukup mencekam. Sejumlah ambulans tampak lalu lalang dengan suara sirinenya, sementara cukup banyak tamu yang berkunjung ke kota di tepi laut itu tertahan karena bandara masih tertutup.
"Pesawat Batavia dikabarkan menunda penerbangannya hari ini (5/12) dan akan terbang besok (6/12). Hari ini mungkin tidak ada pesawat yang datang dari Jakarta," ujarnya yang terpaksa menggagalkan sejumlah acaranya.
Sebelumnya, diinformasikan sejumlah penduduk sempat mengungsi ke tempat aman, tetapi berangsung-angsur kembali ke rumah masing-masing.
Gunung Gamalama meletus pada Minggu (4/12) malam, abu vulkanik menyebar terbawa angin di berbagai wilayah di Kota Ternate, termasuk di sekitar Bandara Babullah Ternate.
Kota Ternate sekitar dua kilometer dari Gunung Gamalama atau berada di lereng gunung berapi yang sedang meletus itu.
Gunung Gamalama sejak Minggu (4/12) pukul 23.00 WIT hingga Senin pagi pukul 06.00 WIT sedikitnya telah menyemburkan abu vulkanik tujuh kali.
"Kendati sudah menyemburkan abu vulkanik, sesuai pengamatan kami, status Gunung Gamalama saat ini masih berstatus siaga level III belum sampai pada status awas," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Gamalama Darmo Lamane.
Ketinggian semburan abu vulkanik dari puncak Gunung Gamalama tidak terpantau karena saat mengeluarkan semburan, cuaca di gunung turun hujan.
Ia mengimbau, warga Ternate, terutama yang bermukim di daerah rawan I dan II seperti di Tubo, Dufa-Dufa, dan Sulamadaha meningkatkan kewaspadaan. [mad]