Zalim adalah perbuatan dosa. Ada beberapa makna zalim, salah satunya adalah melanggar hukum Allah dan hanya mementingkan kemewahan kenikmatan diri, sebagaimana yang dinyatakan oleh firman Allah swt
“Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah [2]: 229).
“Dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS: Huud [11]: 116).
Sayangnya di akhir zaman ini, banyak orang yang enggan mengikuti ajaran agama secara kaffah. Sekularisme telah mempengaruhi hampir di seluruh sendi kehidupan. Seseorang bertindak hanya memperturutkan hawa nafsu. Pantas Rasul SAW mengatakan bahwa memegang Islam di akhir zaman adalah laksana memegang bara api.
Padahal hakikatnya kezaliman akan menimpa diri sendiri. “Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri.” (QS. Az Zumar [39]: 51).
Namun yang lebih berbahaya adalah ketika kezaliman dilakukan oleh penguasa. Karena dengan kekuasaan berbungkus sebuah kebijakan, maka kezaliman berdampak lebih masif.
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu, dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS.Al-Anfal: 25)
Maka kezaliman sesungguhnya amatlah menyengsarakan seluruh masyarakat. Sudah seharusnya kita kembali kepada hukum Allah. Bagi para penguasa mudahkanlah urusan rakyat, janganlah persulit beban rakyat, kelak Allah akan mudahkan urusan kalian.
Dari Aisyah berkata: Saya mendengar Rasulullah berdoa di rumahku ini: “Ya Allah, siapa yang mengurusi urusan umatku lalu dia mempersulit mereka maka persulitlah dirinya dan barangsiapa yang mengurusi urusan umatku lalu dia mempermudah mereka maka mudahkanlah dirinya” (HR. Muslim: 3407).