Senin 11 Jul 2022 23:28 WIB

Menlu China Minta ASEAN Hindari Sebagai Bidak

Negara anggota harus hindari menjadi bidak di persaingan kekuatan yang lebih besar.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Presiden Joko Widodo (kanan) menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri sekaligus State Councillor China Wang Yi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (11/7/2022). Dalam pertemuan tersebut dibahas sejumlah isu bilateral antara Indonesia dan China, antara lain komitmen kedua negara untuk terus meningkatkan hubungan saling menguntungkan.
Foto: ANTARA/Setpres/Rusman
Presiden Joko Widodo (kanan) menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri sekaligus State Councillor China Wang Yi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (11/7/2022). Dalam pertemuan tersebut dibahas sejumlah isu bilateral antara Indonesia dan China, antara lain komitmen kedua negara untuk terus meningkatkan hubungan saling menguntungkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyampaikan pidato di sekretariat Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Jakarta pada Senin (11/7/2022). Dalam kesempatan itu, dia memperingatkan agar negara anggota menghindari sebagai bidak catur dari persaingan kekuatan lebih besar.

Kekuatan besar, menurut Wang, bisa memanfaatkan karena memprtimbangkan masalah faktor geopolitik yang terjadi. Dia mengatakan banyak negara di kawasan itu berada di bawah tekanan untuk berpihak.

Baca Juga

"Kita harus melindungi wilayah ini dari perhitungan geopolitik, dari digunakan sebagai bidak catur dari persaingan kekuatan besar dan dari paksaan. Masa depan wilayah kita harus ada di tangan kita sendiri," ujar Wang melalui penerjemah.

Asia Tenggara telah lama menjadi area gesekan geopolitik antara kekuatan-kekuatan besar karena kepentingan strategisnya. Saat ini negara-negara di kawasan itu sekarang waspada terjebak di tengah persaingan Amerika Serikat (AS) dengan China.

Meningkatkan ketegangan, China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan sebagai wilayahnya berdasarkan peta sejarah. Tindakan itu membuat Beijing bertentangan dengan beberapa negara ASEAN yang menyatakan klaim tersebut tidak sesuai dengan hukum internasional.

Pidato Wang datang hanya beberapa hari setelah dia menghadiri pertemuan para menteri luar negeri G20 di Bali. Di sela-sela pertemuan G20, Wang mengadakan pertemuan lima jam dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Kedua menteri luar negeri itu menggambarkan pembicaraan langsung pertama mereka sejak Oktober sebagai obrolan yang terus terang. Wang mengatakan pada Senin, dia telah memberi tahu Blinken bahwa kedua belah pihak harus membahas penetapan aturan untuk interaksi positif dan untuk bersama-sama menegakkan regionalisme di Asia-Pasifik.

"Elemen intinya adalah untuk mendukung sentralitas ASEAN, menjunjung tinggi kerangka kerja korporasi regional yang ada, menghormati hak dan kepentingan sah satu sama lain di Asia-Pasifik daripada bertujuan untuk memusuhi atau menahan pihak lain," kata Wang.

Menanggapi pertanyaan tentang Taiwan setelah pidato di sekretariat ASEAN, Wang mengatakan, AS telah mendistorsi dan melubangi kebijakan Satu China. "Sedang mencoba memainkan kartu Taiwan untuk mengganggu dan menahan perkembangan China," katanya.

Ketegangan antara Beijing dan Taipei telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Militer China melakukan misi udara berulang-ulang di atas Selat Taiwan, jalur air yang memisahkan pulau itu dari China.

"Kedua belah pihak di seberang Selat (Taiwan) akan menikmati pembangunan yang damai. Namun ketika prinsip satu-China secara sewenang-wenang ditentang atau bahkan disabotase, akan ada awan gelap atau bahkan badai ganas melintasi selat itu," kata Wang. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement