Rabu 13 Jul 2022 15:36 WIB

Ahli: Beli Suplemen Vitamin C Sama Saja Buang Uang, Lebih Baik Makan Sayur dan Buah

Suplemen cenderung miliki kadar vitamin C yang lebih tinggi daripada yang diperlukan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Suplemen vitamin C (ilustrasi). Penjualan suplemen vitamin C melonjak sejak 2020.
Foto: Flickr
Suplemen vitamin C (ilustrasi). Penjualan suplemen vitamin C melonjak sejak 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjualan suplemen meroket pada 2020, dan analis memperkirakan tren ini akan berlanjut selama satu dekade. Suplemen vitamin C, khususnya, paling melonjak, di mana Nutritional Outlook melaporkan penjualan meningkat hingga 61,8 persen pada 2020.

Merujuk data dan wawancara ahli, sangat sedikit orang yang perlu mengonsumsi suplemen vitamin, terutama yang memiliki milligram jauh lebih banyak daripada rekomendasi harian. Bahkan, dalam kasus diet tertentu yang bisa menyebabkan rendahnya asupan vitamin C, para ahli menganjurkan untuk makan lebih banyak sayur dan buah, alih-alih konsumsi suplemen.

Baca Juga

"Jika orang benar-benar mengonsumsi semua vitamin C yang mereka beli, maka kemungkinan ada banyak orang yang mengonsumsi vitamin C secara berlebihan," kata ahli diet terdaftar dan profesor di University of Houston, Kirstin Vollrath, seperti dilansir Insider, Rabu (13/7/2022).

Selain itu, sebuah tim independen ahli pengobatan pencegahan baru-baru ini mengungkap bahwa tidak ada cukup bukti yang menunjukkan konsumsi suplemen makanan bisa mencegah penyakit kardiovaskular. Tim tidak merekomendasikan orang dewasa sehat untuk mengonsumsi suplemen. Saran tersebut tentunya tidak berlaku untuk orang hamil, pasien penyakit kronis, anak-anak, dan mereka yang didiagnosis kekurangan vitamin.

Vollrath mengatakan, individu yang mengonsumsi makanan seimbang kemungkinan akan mendapatkan cukup vitamin C melalui makanan seperti kentang, apel, tomat, paprika, dan jeruk. National Institutes of Health (NIH) juga merekomendasikan konsumsi paprika merah atau jus jeruk yang menyediakan vitamin C lebih dari cukup.

Profesor epidemiologi University of Washington, Philippe Hujoel, mengatakan, beberapa fad diet (diet yang tak memiliki bukti ilmiah) dapat mengakibatkan kadar vitamin C yang lebih rendah. Individu yang menjalani diet karnivora, keto, atau rendah karbohidrat dan makan lebih banyak daging daripada buah-buahan dan sayuran berisiko tidak memenuhi kebutuhan vitamin C harian.

Hujoel juga sepakat bahwa konsumsi suplemen bukan solusi terbaik dalam kasus ini. Karena, menurut dia, suplemen cenderung memiliki kadar vitamin C yang lebih tinggi daripada yang diperlukan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement