Jumat 15 Jul 2022 16:26 WIB

Menkeu Sri Mulyani: Harga Pangan Global Berpotensi Naik 20 Persen Akhir 2022

Saat ini dunia menyaksikan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kelaparan global.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati berbicara dalam acara sampingan pada Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 14 Juli 2022. Bali menjadi tuan rumah Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 selama dua hari dari tanggal 15 hingga 16 Juli 2022.
Foto: EPA-EFE/MADE NAGI
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati berbicara dalam acara sampingan pada Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 14 Juli 2022. Bali menjadi tuan rumah Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 selama dua hari dari tanggal 15 hingga 16 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam High Level Seminar G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (15/7/2022), mengatakan harga pangan global berpotensi meningkat hingga 20 persen menuju akhir tahun 2022."Harga pangan dunia melonjak hampir 13 persen pada bulan Maret 2022. Ini juga mencapai level tertinggi baru dan kemungkinan akan naik lebih jauh," kata Sri Mulyani.

Ia menuturkan saat ini seluruh dunia menyaksikan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kelaparan global. Perang di Ukraina dan memburuknya pembatasan ekspor memperparah dampak pandemi Covid-19 yang mengakibatkan ketidaksesuaian permintaan pasokan dan gangguan pasokan, yang mendorong harga pangan ke level tertinggi.

Baca Juga

Tantangan terhadap ekonomi global, sambung dia, kemungkinan akan terus berlanjut sehingga harga pangan tetap tinggi di masa mendatang."Situasi saat ini pada tahun 2022 diproyeksikan akan semakin memburuk dan ini bukan kabar baik bagi kita semua," ungkap dia.

Sri Mulyani mengungkapkan Covid-19 yang belum terselesaikan serta yang sedang berlangsung di Ukraina kemungkinan akan memperburuk kerawanan pangan akut di tahun 2022 yang sudah parah.Selain itu, krisis pupuk yang mengancam juga berpotensi memperburuk dan memperpanjang krisis pangan, bahkan hingga 2023 dan seterusnya. 

Dengan begitu, ada urgensi dimana krisis pangan harus ditangani.Pengerahan semua mekanisme pembiayaan yang tersedia segera, menurut Bendahara Negara tersebut, diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas finansial dan sosial. 

Hal ini nyata dan mendesak, terutama bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan negara berkembang."Kebijakan ekonomi makro yang baik dipandang masih perlu untuk dipertahankan," ucap Sri Mulyani.

Dalam G20, kata dia, pembahasan ketahanan pangan dan krisis pangan bukanlah hal baru. Selama diskusi di Presidensi Indonesia, para anggota G20, telah mengidentifikasi kebutuhan mendesak untuk G20, serta mengambil langkah nyata dan kerja sama dengan organisasi internasional untuk mengatasi ketahanan pangan, terutama untuk negara yang membutuhkan.

Indonesia sebagai Presidensi G20 mendesak tindakan nyata untuk mengatasi kerawanan pangan yang meningkat dan tantangan terkait.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement