Jumat 15 Jul 2022 23:08 WIB

Hingga Juli 2022 Ini, Nasib Blok Masela dan IDD Masih Menggantung

Belum ada mitra potensial yang melirik pengembangan dua proyek gas besar itu.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Fuji Pratiwi
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. Dwi mengatakan, dua proyek besar gas di Indonesia, Blok Masela dan Indonesian Deep Water Development (IDD) masih belum menemukan titik terang kelanjutan proyek.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. Dwi mengatakan, dua proyek besar gas di Indonesia, Blok Masela dan Indonesian Deep Water Development (IDD) masih belum menemukan titik terang kelanjutan proyek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua proyek besar gas di Indonesia, Blok Masela dan Indonesian Deep Water Development (IDD) masih belum menemukan titik terang kelanjutan proyek. Dua investor besar yang memegang dua proyek tersebut terpaksa harus angkat kaki imbas minimnya investasi di sektor hulu migas.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, pada tahun ini menjadi target akhir pencarian mitra pengganti dari dua proyek tersebut. IDD yang semula dipegang oleh Chevron dan memutuskan untuk hengkang dari Indonesia. Sedangkan Blok Masela, yang saat ini dipegang oleh Inpex harus ditinggal partnernya Shell.

Baca Juga

"Kita targetkan tahun ini sudah harus selesai mengenai kemitraan itu," ungkap Dwi ditemui di Kantor SKK Migas, Jumat (15/7/2022).

Hingga kini, kata Dwi, belum ada mitra potensial yang melirik peluang pengembangan dua proyek gas besar di Indonesia ini. Meski, di Blok Masela saat ini Inpex berencana untuk kembali mengajukan perubahan Plan of Development (PoD) dengan memasukan proyek  Carbon Capture Utilization Storage (CCUS).

Sementara itu, Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menjelaskan, untuk Blok IDD kini ada dua fokus pembahasan yang menjadi fokus. Pertama, terkait kontrak yang akan berakhir pada 2027 mendatang. Kedua, pencarian mitra pengganti PT Cehvron Pacific Indonesia.

Fatar menjelaskan, ada dua opsi untuk mitra pengganti Chevron yakni perusahaan mitra asal Italia, ENI atau bisa juga mitra dari luar.

"Info terakhir yang diterima ini (pembahasan) semakin intens, semakin dekat. Mudah-mudahan kita sampaikan settlement soal Abandonment Site Restoration (ASR), mudah-mudahan mereka bisa closed deal," ungkap Fatar.

Jika kesepakatan tak bisa dicapai maka Chevron harus mencari mitra lainnya yang tertarik. Fatar melanjutkan, dalam proses transisi pun masih perlu dijelaskan terkait kewajiban-kewajiban pasca transisi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement