Kamis 21 Jul 2022 09:45 WIB

Ary Sudarsono: Timnas Basket Ada Kemajuan, Tapi Saya Iri dengan Cina

Tanpa naturalisasi, timnas Cina mampu tampil sangat baik.

Rep: Fitrianto/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pebasket timnas Indonesia Andakara Prastawa Dhyaksa melakukan shooting saat melawan Cina dalam babak playoffs Fiba Asia Cup 2022 di Istora Senayan, Jakarta, Senin (18/7/2022). Pada pertandingan itu Indonesia kalah dengan skor 58-108.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pebasket timnas Indonesia Andakara Prastawa Dhyaksa melakukan shooting saat melawan Cina dalam babak playoffs Fiba Asia Cup 2022 di Istora Senayan, Jakarta, Senin (18/7/2022). Pada pertandingan itu Indonesia kalah dengan skor 58-108.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati basket, Ary Sudarsono menilai Timnas Basket Putra Indonesia sudah ada kemajuan, meskipun langkahnya harus terhenti di babak play-off perempat final FIBA Asia Cup 2022. Di sisi lain Ary Sudarsono merasa iri dengan Timnas Cina yang mengalahkan Indonesia 108-58, sehingga membuat Skuad merah putih gagal mewujudkan impian tampil di FIBA World Cup 2023. Hal tersebut diungkapkan saat dihubungi republika.co.id, Rabu (20/7/2022). 

"Sebetulnya ada kemajuan perkembangan positif dari Timnas cuma memang terus terang secara pribadi  jika melihat Cina saya iri, mereka tanpa naturalisasi tapi mereka bisa," kata Ary Sudarsono. 

Baca Juga

"Ini pembinaan bukan setahun-dua tahun, membentuk konstruksi otot untuk pebasket, pasti dari kecil. Gaya mainnya sudah seperti NBA, pemain tingginya juga bisa pegang bola dan dribble dengan baik," kata dia.

"Beda dengan kita, kalau ada pemain tinggi biasanya loyo, lamban. Lalu saya lihat point guard Korea nomor dua yang postur pendek tapi keren banget. Skill individu komplet. Ini menunjukan postur bukan segalanya."

"Perbasi selaku induk organisasi basket di Tanah Air harus melakukan revolusi dalam pembinaan, cari scouting ke daerah-daerah, pemain yang tinggi. Selain itu fundamental basket kita jadi masalah, pebasket Jabar, Jatim punya gaya beda, ini tidak baik saat gabung timnas, basic permainan berbeda," kata Ary. 

Berbeda dengan Cina, Jepang dan Korea, lanjut Ary, mereka punya fundamental yang sama, cara menembaknya sama baik saat main cepat maupun lambat. Selain itu stamina mereka dengan bermain cepat kuat hingga 40 menit. Ini pasti karena asupan gizi dan sport science yang mereka terapkan.

Selain itu, kata dia, tugas berat lainnya agar terbentuk Timnas yang makin baik, liga dalam negeri harus digarap dengan serius. "Kita bisa menjadi tuan rumah yang baik turnamen level Asia kali ini dan tahun depan level dunia. Seharusnya kita juga bisa menggarap turnamen lokal di semua tingkatan dengan baik."

Ary menyebut potensi Indonesia bersaing level Asia sangat ada. "Kalau semua dilakukan dengan baik, pencarian bibit dengan dukungan gizi dan sport science serta memperbanyak liga yakin bisa jauh lebih baik. Dahulu saat era Sonny Hendrawan kita bisa posisi empat Asia. Negara Amerika Latin banyak yang kita kalahkan, berarti kita bisa. Negara lain berkembang luar biasa, kita agak lambat."

"Saat ini di FIBA Asia Cup 2022 kita hanya jadi penonton di sisa kompetisi, begitu juga tahun depan saat FIBA World Cup 2023. Kita harus bisa terima, karena level kita belum disitu, kita harus mawas diri harus banyak perubahan, harus kita jadikan pelajaran," kata Ary Sudarsono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement