Senin 25 Jul 2022 10:50 WIB

Tolak Bersalaman dengan Dubes Israel, Anggota Kerajaan Bahrain Dipecat

Pemecatan dilakukan atas perintah Raja Hamad Bin Isa Al-Khalifa.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Bersalaman (ILustrasi). Seorang pejabat senior dan anggota keluarga kerajaan Bahrain telah dipecat, karena menolak berjabat tangan dengan duta besar Israel.
Foto: wordpress.com
Bersalaman (ILustrasi). Seorang pejabat senior dan anggota keluarga kerajaan Bahrain telah dipecat, karena menolak berjabat tangan dengan duta besar Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA -- Seorang pejabat senior dan anggota keluarga kerajaan Bahrain telah dipecat, karena menolak berjabat tangan dengan duta besar Israel. Shaikha Mai Bint Mohammed Al-Khalifa, yang merupakan Presiden Otoritas Bahrain untuk Kebudayaan dan Purbakala dilaporkan dipecat atas perintah Raja Hamad Bin Isa Al-Khalifa.

Mai telah menolak untuk berjabat tangan dengan Duta Besar Israel untuk Bahrain, Eitan Na'eh, dalam upacara pemakaman ayah dari Duta Besar Amerika Serikat (AS) Steven C Bondy bulan lalu. Mai juga dilaporkan meninggalkan upacara pemakaman setelah mengetahui kehadiran Na'eh dan meminta agar kedutaan AS tidak mempublikasikan foto dirinya menghadiri acara tersebut.

Baca Juga

Sumber-sumber Bahrain mengungkapkan bahwa raja tidak menunggu Mai kembali dari kunjungan resminya di Albania untuk memecatnya. Jabatan Mai dengan cepat digantikan oleh Khalifa bin Ahmed bin Abdullah Al Khalifa.

"Pemerintah ingin menekankan bahwa mantan presiden Otoritas Bahrain untuk Kebudayaan dan Purbakala, Shaikha Mai binti Mohammed Al Khalifa, menjabat di pemerintahan selama lebih dari 20 tahun," kata juru bicara pemerintah Bahrain, dilansir Middle East Monitor, Senin (25/7/2022).

"Perubahan luas diumumkan minggu ini di sejumlah badan pemerintah sebagai tindak lanjut dari perombakan kabinet terbesar dalam sejarah Kerajaan. Pembaruan posisi kepemimpinan dalam badan sektor publik tidak boleh disalahartikan," lanjut pernyataan itu.

Juru bicara Hamas, Hazem Qasem, mengatakan, penolakan Mai untuk berjabat tangan dengan Na'eh adalah cerminan sejati dari sikap asli rakyat Bahrain dalam mendukung Palestina.  Menurut situs berita Al-Mayadeen, Mai juga menentang rencana yang ditujukan untuk "Yudaisasi" lingkungan Manama Lama, seperti Bab Al-Bahrain di kawasan pusat bisnis kota, dan Al-Mutanabbi Avenue.

Mai merupakan salah satu anggota keluarga kerajaan Bahrain yang digambarkan sebagai "tokoh kontroversial". Dia telah bekerja sebagai pejabat selama lebih dari 20 tahun.  Dia sebelumnya menjabat sebagai menteri informasi Bahrain. Mai adalah wanita pertama yang memegang jabatan sebagai menteri informasi Bahrain selain menteri kebudayaan Bahrain.

Pada 30 November tahun lalu, Mai menjamu sejarawan dan aktivis Israel Ilan Pappé di Sheikh Ibrahim Center.  Pappé sebelumnya telah menulis tentang pembersihan etnis Palestina, dan menentang pendudukan Palestina yang sedang berlangsung.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement