REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan meski "China semakin lugas dalam mengejar kepentingannya" tapi masih terdapat kepentingan bersama dengan Selandia Baru. Menurutnya kedua negara masih harus bekerja sama.
Beberapa tahun terakhir Selandia Baru mempertegas sikapnya pada Beijing yang memperkuat kehadirannya di Pasifik Selatan terutama usai menandatangani pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon pada tahun ini. Tapi di saat yang sama perdagangan Selandia Baru masih bergantung pada China.
Dalam pidatonya di Pertemuan Bisnis China di Auckland, Ardern mengatakan sementara terdapat beberapa area yang sangat penting bagi Selandia Baru dan pandangan negara itu berbeda dengan China. Tapi Selandia Baru bersedia terlibat.
"Kami juga mengadvokasikan pendekatan dan hasil yang mencerminkan kepentingan dan nilai-nilai Selandia Baru dan berbicara dengan isu-isu yang tidak," katanya, Ahad (31/7/2022).
"Perbedaan kami tidak boleh mendefinisikan kami, tapi kami tidak boleh mengabaikannya," kata Ardern.
Selandia Baru konsisten menyuarakan keprihatinannya mengenai koersi ekonomi, pelanggaran hak asasi manusia terutama perlakuan pada masyarakat Uighur di Xinjiang dan aktivis demokrasi di Hong Kong. Kini Negeri Kiwi juga mengungkapkan kekhawatirannya pada potensi militerisasi Pasifik.
Selandia Baru berpartisipasi dalam pernyataan mengenai isu-isu tersebut. Ardern mengatakan mengelola perbedaan dalam hubungan antara dua negara tidak selalu mudah dan "tidak ada jaminan."
Ardern menambahkan ia menantikan kunjungan langsung menteri dan rencana memimpin delegasi bisnis ke sana ketika kebijakan Covid-19 mengizinkan. Ia mengatakan juga ada potensi kunjungan antara menteri luar negeri kedua negara.