Senin 01 Aug 2022 13:31 WIB

Inflasi Juli 2022 Sebesar 0,64 Persen, Cabai Hingga Listrik Biang Keroknya

Inflasi tahunan pada Juli 2022 tercatat 4,94 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Warga memasukkan pulsa token listrik di rumahnya di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Ahad (1/8/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi bulanan selama Juli 2022 mencapai 0,64 persen month to month (mtm), naik dari bulan sebelumnya 0,61 persen.
Foto: ANTARA /Arnas Padda
Warga memasukkan pulsa token listrik di rumahnya di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Ahad (1/8/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi bulanan selama Juli 2022 mencapai 0,64 persen month to month (mtm), naik dari bulan sebelumnya 0,61 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi bulanan selama Juli 2022 mencapai 0,64 persen month to month (mtm), naik dari bulan sebelumnya 0,61 persen. Kenaikan harga pangan, seperti cabai hingga listrik menjadi pemicu utama kenaikan inflasi.

Kepala BPS, Margo Yuwono, mengatakan, dengan inflasi bulanan 0,64 persen mtm, inflasi tahun kalender sebesar 3,85 persen year to date (ytd) dan inflasi tahunan tembus 4,94 persen year on year (yoy).

Baca Juga

"Penyumbang utama inflasi di bulan Juli adalah kenaikan harga cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, dan tarif angkutan udara," kata Margo dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/8/2022).

Margo mengatakan, dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK) seluruhnya mengalami inflasi pada bulan lalu. Inflasi tertinggi terjadi di Kendari sebesar 2,27. Adapun inflasi terendar terjadi di Pematang Siantar dan Tanjung sebesar 0,04 persen.

Berdasarkan kelompok pengeluaran di bulan Juli, kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi terbesar yakni 1,16 persen mtm. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0,31 persen.

Lebih detail, komoditas cabai merah menyumbang inflasi 0,15 persen, cabai rawit 0,04 persen dan bawang merah 0,09 persen. Ketiga komoditas itu menyumbang inflasi karena mengalami kenaikan harga.

"Kenaikan harga itu disebabkan oleh faktor cuaca yang berpotensi menyebabkan gagal panen di beberapa sentra hortikultura," katanya.

Lebih lanjut, kelompok kedua yang mengalami inflasi tinggi, yakni transportasi sebesar 1,13 persen mtm dengan andil 0,14 persen. Margo menuturkan, kenaikan inflasi transportasi disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara yang mencapai 0,11 persen.

"Ini karena melonjaknya harga avtur sehingga menyebabkan penyesuaian harga di maskapai penerbangan. Di sisi lain, pelonggaran izin penerbangan sebabkan permintaan ke maskapai naik sehingga terjadi kenaikan harga (tiket)," katanya.

Adapun, kelompok terakhir, yakni kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami inflasi 0,47 persen mtm dan andil 0,09 persen.

Margo mengatakan, kenaikan tarif listrik daya 3.500 VA ke atas dan pelanggar pemerintah per 1 Juli 2022 menyebabkan andil inflasi 0,1 persen.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement