REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pekan pertama Agustus 2022 merupakan perayaan Pekan Air Susu Ibu (ASI) Sedunia yang kerap diadakan dari tanggal 1-7 Agustus. Pekan ASI Sedunia dirayakan secara global di seluruh dunia dan juga serentak secara nasional di Indonesia.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Brian Sri Prahastuti, menegaskan pekan menyusui sedunia 2022 menjadi momentum untuk meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif bagi bayi berusia kurang dari enam bulan. Sebab, ujar dia, persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif dalam tiga tahun terakhir menurun.
Brian menyampaikan, jumlah bayi yang mendapat ASI Ekslusif di 2018 sekitar 68,7 persen. Namun jumlah tersebut menurun di 2019 menjadi 65,8 persen.
“Tahun 2021, terdapat 52,5 persen dari 2,3 juta bayi berusia enam bulan yang mendapat ASI eksklusif. Artinya kembali terjadi penurunan,” kata Brian dikutip dari siaran pers KSP pada Sabtu (6/8/2022).
Brian mengungkapkan, ASI mengandung zat gizi yang lengkap. Di antaranya karbohidrat, protein, multivitamin, dan mineral yang mudah diserap secara sempurna. Selain itu, ASI juga mengandung sel darah putih, zat kekebalan, enzim, hormon, dan protein yang cocok untuk bayi.
“Kandungan gizi makro dan mikro itu sangat berpotensi untuk mengurangi peluang stunting pada anak. Karena itu, menjadi sangat penting bagi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama enam bulan,” pesan Brian.
Ia juga menyebut, pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi, namun juga bagi ibu yang menyusui. Seperti menurunkan risiko terjadinya kanker payudara dan kanker ovarium. Mengutip sebuah penelitian, Brian juga menjelaskan bahwa menyusui dapat memelihara kesehatan sel, mengontrol hormon, dan membantu menjaga pola makan.
“Menyusui memberikan perlindungan kepada ibu pascabersalin. Bukti ilmiahnya, menyusui bisa menurunkan risiko kanker payudara dan metode kontrasepsi alami,” ujar Brian.
Pada kesempatan itu, Brian juga menekankan pentingnya dukungan untuk ibu menyusui di tengah pandemi Covid-19. Di antaranya dengan pemberian vaksin dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ibu menyusui.
“Lingkungan sekitar seperti bapak dan keluarga merupakan aspek yang penting dalam mendukung keberhasilan menyusui. Tak kalah pentingnya, sistem kesehatan juga terus dibenahi untuk memperkuat kapasitas dalam menyediakan dan mempertahankan lingkungan yang ramah menyusui,” kata Brian.