REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 10 Muharram, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersemangat untuk menjalankan puasa Asyura. Puasa ini juga dapat menghapus dosa setahun yang lalu.
Dikutip dari buku Misteri Bulan ‘Asyuro Antara Mitos dan Fakta karya Abu Abdillah Syahrul Fatwa, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sangat bersemangat untuk berpuasa pada hari itu
ما رَأَيْتُ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومٍ فَضَّلَهُ علَى غيرِهِ إلَّا هذا اليَومَ؛ يَومَ عَاشُورَاءَ، وهذا الشَّهْرَ. يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata:
Aku tidak pernah melihat Nabi ﷺ benar-benar perhatian dan menyengaja untuk puasa yang ada keutamaannya daripada puasa pada hari ini, hari ‘Asyura dan puasa bulan Ramadhan. (HR. Bukhari: 2006, Muslim: 1132)
Di samping itu, puasa ini menghapus dosa satu tahun yang lalu. Rasulullah ﷺ bersabda: "Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu." (HR Muslim)
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: “Keutamaannya menghapus semua dosa-dosa kecil. Atau boleh dikatakan menghapus seluruh dosa kecuali dosa besar”. (Majmu’ Syarah al-Muhadzzab)
Jika Anda bertanya: Mengapa puasa Arafah menghapus dosa-dosa dua tahun sedangkan puasa ‘Asyura hanya mengahapus dosa-dosa setahun? Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjawab pertanyaan ini dengan dua jawaban:
1. Karena hari Arafah jatuh pada bulan haram (Dzulhijjah), sebelumnya bulan haram (Dzulqo’dah) dan sesudahnya bulan haram (Muharram), lain halnya dengan ‘Asyura (sesudahnya bulan Shafar yang bukan merupakan bulan haram).
2. Puasa Arafah termasuk kekhususan umat Islam, berbeda dengan ‘Asyura. Allah ﷻ melipat gandakan pahala Arafah dengan berkah Nabi Muhammad ﷺ.