REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, mengatakan pemberian vaksinasi Covid-19 dosis ketiga menjadi penyebab meningkatnya antibodi terhadap Covid-19. Berdasarkan hasil serologi survei (serosurvei) antibodi yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI dan Tim Pandemi FKM UI, kadar antibodi yang dimiliki penduduk Indonesia 98,5 persen pada Juli 2022.
"Hasil survei itu mengindikasikan atau mendukung bahwa booster itu sangat penting," kata Pandu dalam keterangan pers "Serologi Survei Nasional Ketiga" secara daring, Kamis (11/8/2022).
Namun, lanjut Pandu, hingga kini cakupan booster pertama atau vaksinasi dosis ketiga baru mencapai 28 persen. Angka tersebut masih jauh dari target yang diinginkan, yakni sebesar 50 persen. Oleh karenanya, Pandu meminta agar cakupan vaksinasi dosis ketiga dituntaskan terlebih dahulu baru melanjutkan vaksinasi booster kedua untuk masyarakat umum.
"Jangan kita pikirkan dulu booster yang kedua, kita tuntaskan dulu booster pertama," tutur Pandu.
Lebih lanjut, Pandu menjelaskan, bila antibodi penduduk Indonesia terbukti sudah mencukupi dengan cakupan vaksinasi booster pertama yang lebih besar, bukan tidak mungkin vaksinasi booster kedua tidak lagi diperlukan. Namun, itu bukan suatu keniscayaan.
"Yang sudah jelas bahwa booster pertama itu adalah suatu keharusan kita lakukan. Kita tuntaskan, dalam arti karena dari data mengindikasikan kita berhasil mencapai level kadar antibodi yang cukup tinggi," tutur Pandu.
Serosurvei dilaksanakan untuk mengukur kadar antibodi masyarakat Indonesia yang diperoleh dari vaksinasi Covid-19 program pemerintah maupun antibodi alami yang diperoleh dari infeksi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Dalam tiga tahapan serosurvei yang bergulir Desember 2021, Maret 2022, dan Juli 2022, diperoleh laporan median kadar antibodi masyarakat meningkat dari 444 unit per mm, jadi 2.097 unit per mm.