REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog Dicky Budiman mengemukakan angka kematian akibat Covid-19 yang kini berkisar 18 jiwa dalam sepekan terakhir di Indonesia perlu menjadi evaluasi kebijakan pemerintah. Itu penting dalam upaya pengendalian pandemi.
"Angka kematian yang terjadi merupakan akumulasi dari kegagalan proses di hilir sampai ke hulu yang menggambarkan ketelatan berbagai respons," kata Dicky yang dikonfirmasi di Jakarta, Senin (15/8/2022).
Menurut Dicky, angka kematian di tengah wabah yang belum mencapai puncak gelombang menggambarkan banyaknya kasus infeksi di masyarakat yang tidak cepat ditemukan dan dirujuk untuk penanganan kesehatan yang tepat. Hal itu juga mengindikasikan secara kuat bahwa kasus infeksi yang terjadi sudah mengarah pada kelompok paling berisiko di masyarakat, seperti lansia dan pasien dengan komorbid.
"Indikator kematian adalah indikator keparahan suatu wabah. Artinya, situasi buruk atau bisa jadi memburuk," kata epidemiolog dari Griffith University Australia ini.
Dicky mengatakan masa kritis pandemi di Indonesia belum melampaui puncak gelombang. Ia prediksi itu baru berlangsung pada akhir Agustus atau awal September 2022.
"Kasus kematian ini umumnya terjadi rata-rata dua sampai tiga pekan usai si pasien terpapar," katanya.